Mohon tunggu...
Titik Ambarwati
Titik Ambarwati Mohon Tunggu... Guru - BuGuru Titik

Guru Kelas SD Negeri 4 Merden, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Computational Thinking pada Kurikulum Merdeka Jenjang SD

17 Juni 2022   18:05 Diperbarui: 28 Juni 2022   21:42 8515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum Merdeka yang di luncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim  pada Februari 2022 adalah sebagai salah satu upaya dari pemerintah untuk memulihkan pembelajaran pasca pendemi. Pada masa pandemi Covid-19 krisis pembelajaran yang ada telah membuat pendidikan semakin tertinggal dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan kesenjangan yang semakin besar dalam pembelajaran antar wilayah dan kelompok sosial ekonomi. 

Kurikulum Merdeka yang sebelumnya disebut dengan kurikulum prototipe sudah di gunakan pada jenjang SD, SMP dan SMA pada Program Sekolah Penggerak (PSP) dan Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMKPK) di tahun ajaran 2021/2022, Dan sekarang setelah dilauncingnya Kurikulum Merdeka maka pemerintah memberikan kesempatan untuk sekolah mulai jenjang PAUD, sekolah dasar dan Sekolah Menengah untuk menggunakan kurikulum merdeka sebagai salah satu dari tiga opsi kurikulum yang bisa di gunakan di instansi sekolah untuk periode tahun ajaran 2022 sd 2024.

Karakteristik utama dari kurikulum Merdeka yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah, Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila, Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi dan Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Terdapat perbedaan yang mendasar dari Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013 mulai di jenjang PAUD sampai dengan jenjang Sekolah Menengah, tetapi disini yang akan penulis bahas adalah perbedaan yang mendasar dari Kurikulum Merdeka di Jenjang SD khususnya mengenai integrasi computational thinking dalam mata pelajaran.

Salah satu dari beberapa perbedaan yang mendasar atau esensial pada Kurikulum Merdeka di jenjang SD adalah terdapatnya Integrasi computational thinking dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPAS. Jadi dalam Kurikulum Merdeka untuk jenjang SD akan dikenalkan cara berpikir komputasional (Computational Thinking) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPAS. IPAS disini adalah Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial yaitu gabungan mata pelajaran IPA dan IPS menjadi mata pelajaran  (IPAS).

Lalu apa itu Computational Thinking atau  berpikir komputasional? 

Mengutip dari Keputusan Kepala BSKAP No. 008/H/KR/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar Dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka bahwa berpikir komputasional yaitu terampil menciptakan solusi-solusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara sistematis, kritis, analitis, dan kreatif dengan harapan  Mengasah keterampilan problem solving yang efektif, efisien, dan optimal sebagai landasan untuk menghasilkan solusi dengan menerapkan penalaran kritis, kreatif dan mandiri pada siswa jenjang sekolah dasar.

Berdasarkan konsepnya, pemikiran komputasional atau Computational Thinking memiliki empat tahap utama, antara lain:

  1. Decomposition (Dekomposisi)
    Dekomposisi, yaitu memecah masalah kompleks menjadi beberapa bagian kecil dan sederhana. Sehingga, kita bisa menemukan masalah yang terjadi dengan menyelesaikannya satu persatu.
  2. Pattern recognition (Pengenalan pola)
    Pengenalan pola akan membantu kamu dalam memecahkan masalah. Nah, pada tahap ini, kita mencari pola atau persamaan tertentu dalam sebuah masalah.
  3. Abstraction (Abstraksi)
    Beberapa hal yang dilakukan pada tahap abstraksi antara lain, melihat permasalahan, melakukan generalisasi, dan melakukan identifikasi informasi. Dengan cara ini, kita dapat melihat informasi penting dan mengabaikan informasi yang kurang relevan.
  4. Algorithm (Algoritma)
    Ini adalah tahapan saat kita mengembangkan sistem, membuat daftar petunjuk dan langkah-langkah pemecahan masalah secara efektif dan efisien.

Jadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPAS di jenjang Sekolah Dasar akan mengintegrasikan computational thinking baik pada materi nya ataupun pada proses pembelajarnnya dengan tujuan untuk mengasah kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan kemampuan berpikir secara terstruktur dan pemahaman aspek sintaksis maupun semantik dalam Bahasa, membentuk kebiasaan peserta didik untuk berpikir logis dalam Matematika, serta kemampuan menganalisis dan menginterpretasi data dalam Sains (IPAS)

Dan dengan hal tersebut diharapkan  siswa maupun siswi pada jenjang sekolah dasar dapat mengetahui, memahami dan mengaplikasikan cara berfikir computasioanl untuk menyelesaikan masalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPAS dan terlatih untuk mengaplikasikannya juga dalam kehidupan sehari hari saat menemui suatu persoalan ataupun ketika ingin melakukan suatu hal agar permasalahan dan hal yang akan dilakukan tersebut bisa diselesaikan dan dicapai secara efektif, efisien dan Optimal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun