Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ragam Qurban

20 November 2010   04:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:27 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Idul Adha (the Feast of sacrifice) baru saja berlalu. Untuk merayakannya saya mengundang beberapa teman dekat untuk merayakannya di tempat saya. Di Albury kami merayakan Idul Adha pada hari Selasa 16/11/2010.

Tidak banyak sahabat yang bisa diundang, maklum, undangan terbatas karena rumah yang saya tempati tidak luas. Namun demikian, mereka yang hadir cukup beragam latar belakangnya, ada yang dari Nepal, Turki, lokal (Australia) dan Inggris. Sedang yang dari Indonesia, ada yang berlatarbelakang Melayu-Menado, Sumatera Utara dan saya sendiri yang berlatar belakang Sunda.

Dalam acara kumpul-kumpul itu, mereka yang belum pernah bertemu, saling memperkenalkan diri. Sambil menyiapkan hidangan, mereka bercakap-cakap, biasalah, mengenai topik sehari-hari termasuk masalah keluarga dan latar belakang budaya.

Tiba-tiba teman saya yang warga lokal dan tinggal di Tallangatta itu bilang ke saya:

"Bugi, kamu tahu, ternyata yang sedang merayakan Idul Adha bersama-sama kamu ini banyak yang beragama Kristen lho. Ini menarik.

"Iya". Timpal saya,"yang hari ini datang dan beragama Islam itu cuma saya, teman saya yang asal Melayu-Menado tersebut dan seorang lagi yang berasal dari Turki. Anda, teman saya yang dari Inggris dan teman saya yang dari Sumatera Utara itu beragama Kristen dan yang dari Nepal, mereka beragama Hindu".

"it's interesting". Sahutnya lagi. "It's a multi-faith and multi-culture party Bugi."

"oya, anda betul. Saya memang ingin merayakan Idul Adha di sini dengan teman-teman dekat saya. Dan teman-teman dekat saya tidak semuanya muslim dan tidak semuanya berasal dari latar belakang yang sama (baca: Indonesia). Bagi saya, pertemanan tidak memandang budaya dan agama (beyond culture, beyond religion). Saya lihat anda baik, sayapun berbuat baik pada anda, demikian seterusnya, cocok, bertemanlah kita, that's my believe (itu yang saya yakini)".

"You're right (anda benar), Bugi, sayapun punya pendapat seperti itu dan merasa cocok dalam lingkungan seperti ini". Ujarnya lagi.

Mungkin seperti yang dia bilang, saya benar, atau mungkin tidak benar. Hanya saja, yang saya yakini adalah bahwa biarlah urusan beragama diserahkan kepada individu-individu itu memilih keyakinan apa yang dipilih untuk beribadah kepadaNya. Kebenaran mutlaknya, biarkan Yang Maha Kuasa menentukannya kemudian. Keyakinannya kepada Tuhan Yang Maka Kuasa, sebetulnya tidak perlu mempengaruhi hubungan antar sesama dalam arti dijadikan pilihan mana yang mau dijadikan teman, mana yang tidak.

Selama saya tinggal disini, banyak pengalaman yang saya temui, justru memperlihatkan bahwa mereka yang ternyata memiliki kesamaan yang merupakan potensi untuk saling berhubungan erat (misalnya sama agamanya, sama latar belakangnya, dan lain sebagainya), justru menyebabkan sumber pemicu keretakan. Yang terjadi adalah: saling bergosip, saling menjelekkan, saling menjatuhkan dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun