Bantal bisa dimakan di Pulau Lombok. Kalau mau, kita pun bisa ikut mencoba bantal tersebut. Bantal? ya, masyarakat di Pulau Lombok biasa makan bantal dan saya pun beruntung bisa turut mencicipi bantal.
Bantal adalah nama penganan khas Lombok. Biasa juga disebut tekel dalam bahasa setempat. "orang Lombok itu kuat-kuat, bantal saja dimakannya", itu yang dikatakan dalam nada bercanda oleh Drh. H. Abdul Samad - yang dulu pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, ketika mengantar saya berkeliling menikmati keindahan alam sebagian dari Pulau Lombok.
[caption id="attachment_340104" align="aligncenter" width="490" caption="Tumpukan kue bantal"][/caption]
"Kue Bantal ada dua macam, yang isi pisang dan isi kacang. Yang isi pisang manis, yang isi kacang gurih." Begitu penuturan Saeniah - si penjual kue Bantal.
Kue bantal, penganan terbuat dari ketan dan berbungkus lilitan daun kelapa ini memiliki dua macam rasa seperti yang disampaikan si penjualnya di atas. Kue bantal rasa manis berisi pisang didalamnya, sementara yang gurih bercampur dengan kacang tolo.
Kami menemukan banyak penjual kue Bantal, dalam perjalanan kami dari pantai Senggigi, hendak kembali ke kota Mataram. Namun jalur yang kami tempuh tidak kembali menyusuri pantai, melainkan mengambil jalur memutar melewati puncak bukit Pusuk, Kabupaten Lombok Utara. Jejeran penjual kue bantal berada persis dekat perbatasan antara Kabupaten Lombok Utara dengan Lombok Barat.
Kue ini berukuran kira-kira sepanjang telunjuk. Kalau di Jawa Barat, saya sering mengkonsumsi yang rasa gurih tersebut, hanya saja ukurannya lebih panjang, dan disebut dengan lepet.
Menurut Saeniah, memasak kue bantal memerlukan waktu lama, Minimal membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk merebusnya. "Kalau tidak minimal tiga jam, kue bantal ini masih berupa beras ketan, belum lembut seperti kue bantal seharusnya." demikian Saeniah menambahkan.
Dan saya setuju dengan ucapannya itu. Kue bantal ini terasa lembut dan legit. Manis dan gurih tidak terlalu menjadi persoalan, karena keduanya memberikan rasa lezat yang berbeda, yang khas.
Kue bantal pun terasa makin nikmat dengan minumannya adalah air nira - atau biasa di Jakarta dikenal dengan sebutan tuak manis. Air nira ini harus disimpan dalam keadaan dingin dan lebih segar pula diminum dalam keadaan dingin. "Kalau disimpan di tempat dingin, air nira dapat bertahan hingga tiga hari." Kata Saeniah tentang daya tahan air nira ini.
Harganya cukup terjangkau. Kue bantal dihargai lima ratus rupiah per buahnya, sementara air nira enam ribu rupiah per botolnya.