Ini terkait dengan hak serta apresiasi terhadap konsumen/customer - mitra utama super market ataupun mini market - yang saya alami dan saya rasa, sayapun perlu memberikan apresiasi balik melalui tulisan saya ini.
Tanggal 24 Januari lalu saya berbelanja di Alfa Midi di wilayah jalan Babakan Raya - sekitar kampus IPB, Bogor. Hari menjelang malam dan saya belanja beberapa barang yang saya perlukan. Setelah selesai berbelanja dan ingin membayar di kasir, dari perhitungan saya, melihat jumlah barang yang saya beli, dari uang seratus ribu rupiah yang saya berikan, saya masih harus memperoleh kembalian sebesar tiga puluh ribu seratus rupiah. Tapi yang saya terima adalah sebesar tiga puluh rupiah saja minus yang seratus rupiahnya. Pada saat itu saya belum mempermasalahkan karena hari sudah agak malam, hujan dan antrian di kasir cukup banyak.
Kemudian saya perhatikan kuitansinya. Penasaran mengapa yang seratus rupiahnya tidak dikembalikan ke saya.
Di kuitansi tertera bahwa sisa kembalian yang sekitar seratus rupiah itu tidak dikembalikan ke saya karena dimasukkan ke pundi amal - tercantum dalam kuitansi pembeliannya. Jadi bukan diambil/dimanfaatkan oleh kasir, seperti pengalaman saya yang tidak mengenakkan di Carrefour yang saya tuangkan dalam tulisan saya di sini (yang sama sekali tidak ada tanggapan apapun dari pihak Carrefour): http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/10/03/cara-kasir-carrefour-mencari-untung-dari-kelengahan-konsumen-498582.html
Tapi tetap, untuk saya pribadi, saya kurang sreg dengan sistem seperti itu. Bagi saya, hak konsumen harus dikembalikan kepada konsumen. Jika ingin dimasukkan ke pundi amal, berarti itu adalah hak konsumen yang didonasikan kepada pundi amal, maka, konsumen harus ditanyakan terlebih dahulu mengenai kesediaannya untuk mendonasikan uangnya terlebih dahulu. Terlebih lagi, bagi saya, harus jelas dulu, pundi amal itu untuk lembaga apa atau organisasi apa. Supaya amal yang saya tujukan jelas peruntukannya.
Saya melihat mekanisme pundi amal ini adalah sistem Alfa Midi - yang merupakan sebuah kelompok usaha yang luas. Untuk itu saya memilih menyampaikan keluhan/pengalaman saya ini melalui twitter. Agar Alfa Midi dapat melakukan perbaikan ke depannya.
Ternyata twit saya diperhatikan. Twit saya di balas, dengan disertai permintaan maaf. Cukuplah untuk saya balasan twit dari Alfa Midi ini.
Ternyata belum berhenti di situ, esok harinya saya ditelpon oleh sdri. Erni (begitu namanya yang saya dengar di telpon, maaf kalau keliru - kalau tidak salah dari bagian marketing) dari Alfa Midi pusat, (kembali) meminta maaf serta menanyakan duduk persoalan secara detail. Sdri. Erni dapat memahami dan menerima penjelasan saya tersebut dan akan meneruskan persoalan ini kepada cabang yang bersangkutan - dan akan menjadikan masukan dari saya itu agar menjadi perhatian cabang-cabang Alfa Midi yang lain.
Intinya sebetulnya so simple, perhatikan hak customer/konsumen, dan bersikap lebih komunikatif dengan konsumen/customer. Dari persoalan di atas, kalau saja pada waktu itu, saat kasir ingin menyalurkan sisa kembalian ke pundi amal, dia berbicara dulu dengan konsumen dan meminta persetujuannya, mungkin persoalannya akan menjadi lain.
Saya sudah menganggap selesai, tapi ternyata belum.
Dua hari kemudian saya dihubungi kembali oleh pihak Alfa Midi. Kali ini dari cabang tempat saya belanja itu. Mereka ingin bersilaturahmi ke kediaman saya sambil meminta maaf dan menjelaskan duduk persoalannya. Walau saya sudah jelaskan bahwa masalah sudah cukup dan selesai dengan pembicaraan saya dengan sdri. Erni dari Alfa Midi pusat. Tapi mereka bersikeras untuk datang. Tentu saya welcome akan kedatangan mereka.