Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Film Religi vs Film Persepsi religi

5 April 2023   23:47 Diperbarui: 5 April 2023   23:58 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buya Hamka beserta istri (dok: minews.id)

Pada suatu waktu, terlintas di timeline facebook saya, seorang kawan yang memprotes film yang mengisahkan kehidupan alm Buya Hamka. Ia sendiri memiliki hubungan khusus masih ada hubungan kerabat dengan keturunan Buya Hamka. Protesnya itu disampaikan terkait dengan penggunaan hijab/jilbab oleh pemeran istri Buya Hamka. 

Menurutnya, pada saat itu, istri ataupun keluarga Buya Hamka mengenakan kerudung seperti layaknya wanita-wanita muslimah di jaman itu, yaitu mengunakan kerudung sampir, seperti yang dikenakan wanita muslimah di kalangan pesantren. 

Sebut saja istri alm Kyai Hasyim Ashari, istri alm Wahid Hasyim, dan lain sebagainya dan belum mengenakan jilbab seperti yang banyak dikenakan saat ini. Jilbab yang banyak dikenakan seperti model yang sering digunakan saat ini baru mulai populer awal tahun 2000an. Sehingga tidak pas bila istri alm Buya Hamka mengenakan jilbab yang saat itu belum ada atau belum populer digunakan.
 
Ada lagi fenomena lain bila dilihat dari genre film. Film-film yang mengaitkan perilaku saat seseorang masih hidup dengan gambaran yang muncul saat seseorang meninggal dunia.

Bila yang ditampilkan adalah kejadian-kejadian negatif, maka, di dalam film itu, almarhum atau almarhumah sudah dianggap sebagai 'terkena azab'. Sehingga dalam konteks ini, kita sering menemukan film-film yang misalnya memuat kejadian jenazah jatuh saat ditandu menuju pemakaman - langsung disimpulkan ini adalah azab akibat perbuatannya di dunia. 

Jenazah yang saat hendak dikubur, kuburannya harus ditambahkan panjang liang kuburnya karena si jenazah bertambah panjang sehingga lubang yang sudah dibuat tidaklah cukup, harus digali untuk memperluas makam, inipun sudah dicap dengan stigma alm/almh semasa hidupnya, bukanlah muslim/muslimah yang baik. Dan lain sebagainya.
 
Yang disampaikan di atas ini sangat jelas lebih mengarah kepada 'persepsi religi' yang diyakini oleh si pembuat film. Padahal, masalah azab yang dikaitkan dengan perilaku hidup alm/almh, itu merupakan domain Allah SWT. 

Persepsi si pembuat film lah yang kemudian mencap bahwa itu adalah azab dan azab tersebut akibat perbuatannya di masa hidupnya. No, kita tidak ada yang mengetahui hal ini secara pasti. Hal-hal ghaib seperti ini merupakan domain Allah SWT untuk memberikan 'penilaian' terhadap manusia ciptaanNya itu, bukan sesama manusia, dan bukan juga si sutradara film ataupun produser filmnya.
 
Namun demikian, film-film religi tetap perlu untuk senantiasa dibuat dengan menggunakan sistem adult movie sebagai sarana dakwah dan pembelajaran, serta dibuat berdasarkan nilai-nilai ketentuan agama itu sendiri dan bukan kepada persepsi sutradara atau produser terhadap keyakinan agama yang diyakininya.      
 
Bila melihat manfaatnya, maka beberapa manfaat dari film religi diantaranya:


1. Memberikan inspirasi dan motivasi kepada penontonnya, khususnya bagi mereka yang beragama. Film religi bisa menggambarkan nilai-nilai religius seperti keimanan, ketaqwaan, kesabaran, dan keikhlasan yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi pada penonton.

Memberikan edukasi tentang agama, baik untuk orang yang sudah beragama maupun yang belum. Film religi bisa juga menjelaskan tentang ritual, tata cara beribadah, dan nilai-nilai keagamaan secara umum.


2. Film religi dapat pula membangun karakter positif - karena di dalam filmnya seringkali menggambarkan tokoh-tokoh  dengan karakter positif yang dapat menjadi contoh bagi penonton. Karakter positif seperti jujur, sabar, rendah hati, dan berbakti dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam membangun karakter yang baik.


3. Film religi dapat pula memberikan hiburan yang sehat dan positif. Karena tidak hanya memberikan hiburan secara visual, tetapi juga memberikan pesan moral yang dapat diambil oleh penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun