Apalagi dari mereka yang bersepakat membuat buku bunga rampai, sudah ada sekitar 49 orang yang menyatakan bersedia bergabung. Suatu jumlah yang luar biasa untuk sebuah awal (karena mereka baru pertama kali bertemu dalam satu wadah komunitas tersebut dan bersedia untuk suatu semangat yang sama) dan sebuah kebersamaan untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu menerbitkan buku bunga rampai.
Nah gaya menulis tukini ini menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan dan diikuti dalam proses menulisnya (yang nantinya akan menjadi tulisan untuk bagian buku bunga rampai tersebut). Bagaimana kita memaknai bentuk dari gaya menulis tukini ini, beberapa hal dapat dijadikan pertimbangan untuk mengerti gaya menulis ini, seperti:
KEMAMPUAN BERCERITA YANG KUAT
Bila kita menjadi semakin berumur, kemampuan dan kemauan bercerita biasanya lebih kuat. Ini yang saya perhatikan dan sering saya alami. Kalau bertemu kaum senior yang usianya jauh di atas saya, saya sering menjadi pendengar yang baik terhadap cerita-cerita ataupun kisah-kisah masa lalunya. Kisah-kisah saat muda, saat masih bekerja, saat memegang jabatan ini itu, saat masih pacaran bahkan hingga saat kecilnya.
Seolah-olah sedang diputar rekaman-rekaman masa lalunya. Yang indah-indah dan bahkan yang tidak indahpun kadang terputar pula.
Cerita-cerita yang saya dengar selalu luar biasa mengagumkan. Sarat makna di dalamnya. Saya hanya membayangkan bahwa sayang sekali, kisah-kisah sangat bernilai tersebut sangat mubazir bila tidak termanfaatkan, bila hanya habis didengarkan tak berbekas, masuk kuping kiri dan keluar di kuping kanan.
Akankah indahnya bila dapat dibagikan lagi ke lebih banyak orang agar menjadi sarana pembelajaran. Merubah kisah tersebut menjadi suatu tulisan untuk kemudian dibagikan adalah salah satunya. Dengan membagikan cerita-cerita tersebut di media sosial, di blog ataupun ke dalam bentuk buku bunga rampai, merupakan salah satu cara memberikan kemanfaatan kepada banyak pihak dari kisah-kisah baik yang kita miliki tersebut. Nah, tukini memiliki karakter ini: kemampuan bercerita yang kuat.
MEWARISKAN KISAH BERNILAI
Menilik dari umur para penulisnya yang minimal telah berusia setengah abad itu, maka tentu para penulis telah melalui asam garam kehidupan yang luar biasa bervariasinya.
Asam garam kehidupan bahagia, tidak berbahagia, penuh dengan tantangan, halangan, tetapi juga keberhasilan dan lain sebagainya. Dan sudah barang tentu, pengalaman-pengalaman yang kata orang Betawi sudah 'bejibun' (berlimpah) itu akan banyak sekali memiliki nilai-nilai saripati kehidupan yang dapat dibagikan.
Tukini di sini memiliki nilai legacy atau kewarisan yang tinggi. Mewarisi nilai-nilai bagi siapa saja. Disinilah salah satu peran menuliskan nilai-nilai tersebut. Tukini memiliki karakter ini.