Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menjaga Silaturahmi pada Masyarakat Heterogen, Menjadi Sangat Penting di Masa Pandemi Ini

14 Mei 2021   23:58 Diperbarui: 15 Mei 2021   00:56 1583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi silaturahmi (sumber: health.kompas.com)

Ramadan baru berlalu 2 (dua) hari. Kita berada di Hari Raya Lebaran di hari kedua dan silaturahmi menjadi kata penting yang bermakna dalam bagi kita semua. Saat berlebaran, semua orang menyampaikan ucapan saling menyelamati, ucapan Selamat Idul Fitri dan meminta maaf lahir dan batin. Tentunya ucapan permintaan maaf ini untuk atas nama kesalahan-kesalahan yang telah lalu, antara lebaran tahun sebelumnya dengan lebaran tahun ini. Itu kalau kesalahan diukur berdasarkan pertambahan hari di kalender bulan Hijriyah. Untuk potensi kesalahan selepas lebaran? Sambil bercanda dikatakan,"untuk kesalahan selepas lebaran tahun 2021, yah minta maafnya di lebaran tahun depan atuh." Kalau masih ada umur, kalau tidak? Disinilah silaturahmi menjadi penting nilainya.

Silaturahmi sangat penting dalam Islam, hingga Rasulullah SAW menyatakan dalam sabdanya dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari: "Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturrahim."

Silaturahmi menjadi penting karena orang yang rajin silaturahmi ditengarai hatinya akan senang dan pikirannya tidak gelisah. Nah di masa pandemi covid-19 itu, hati senang dan pikiran tidak gelisah adalah kunci untuk menaikkan imunitas tubuh seseorang. Kekuatan imunitas tubuh seseorang inilah penangkal virus berbahaya covid-19 yang tercespleng. Vaksin sinovac sebagai contoh, adalah upaya memasukkan virus lemah ke dalam tubuh seseorang agar tubuhnya kemudian dapat menangkal virus tersebut bila tubuh seseorang terpapar virus covid-19 ini. Silaturahmi menjadi sama kekuatannya dengan vaksin. Banyak bersilaturahmi potensi tubuh makin sehat makin tinggi. Dengan demikian, badan sehat dan umur semakin panjang. Insyaallah. Begitulah kira-kira korelasi antara silaturahmi yang memanjangkan umur, terutama di musim pandemi yang sangat berbahaya ini.

Setelah prokes diikuti, maka keberadaan silaturahmi menjadi tetap sangat penting. Tetapi di situ pula tantangannya. Dengan prokes, maka silaturahmi fisik sangatlah dibatasi. Padahal biasanya, silaturahmi fisik inilah yang diperlukan. Sambil ngopi, kegiatan arisan, olah raga bareng, piknik bareng, kumpul keluarga, cucurak, semua kegiatan silaturahmi ini akan membuat kita semua bahagia - yang penting untuk menaikkan imun kita. Akhirnya silaturahmi virtual menjadi pilihan atas tantangan covid-19 tersebut.

Silaturahmi virtual dapat dilakukan dengan banyak sekali cara. Diantaranya melalui apllikasi whatsapp. Dibentuklah group-group whatsapp sebagai wadah saling berinteraksi, saling bersilaturahmi. Dan melalui pembentukan group-group whatsapp ini - upaya ketertutupan kita akibat pembatasan gerak selama covid-19 menjadi salah satu solusi yang menarik. Hingga minimal terbentuklah komunitas-komunitas atau group-group whatsapp misalnya seperti: WAG alumni SD (sepengetahuan saya, nggak ada WAG alumni TK dan playgroup deh - atau adakah?), WAG alumni SMP, WAG alumni SMA, bila melanjutkan kuliah maka dapat terbentuk WAG alumni angkatan, WAG kantor, WAG komunitas yang diikuti, WAG arisan, dan lain sebagainya. Hape kita kadang penuh dengan group-group whatsapp yang mungkin tidak semua kita akan sangat aktif di dalam group-group tersebut.

Yang perlu diperhatikan dalam WAG-WAG tersebut sebetulnya adalah kebersamaan. Artinya, semua anggota dalam group perlu mendapatkan hak yang sama dalam menyampaikan aspirasinya, pendapatnya, rasa nyamannya dan lain sebagainya. Kata orang Betawi sih,"elo enak, gue enak, udeh, rebes deh eh beres."

Tapi kadang kita temui tidak semua mengerti aturan main untuk membuat sama-sama enak ini. Biasanya kita temui di wag-wag yang sifatnya heterogen (berharap semua sudah mengerti arti heterogen ya di sini. Kalau suatu wag berisi orang-orang yang berbeda latar belakangnya, misalnya: agama, profesi, tingkat pendidikan dan lain-lain, itu masuk ke dalam pengertian heterogen ini.

Suka menemui hal-hal yang menyebalkan di wag? Yup kadang, misalnya, di wag yang heterogen dengan latar belakang agama, ada anggota group yang setiap hari memposting tausiyah, ayat Quran, hadists dan sejenisnya, padahal di dalam group itu tidak semuanya muslim, ada juga yang non muslim. Dan bila diberi peringatan, eh, galakan dia sama herder.

Contoh lain, terutama berlaku di masa pilpres atau pilkada. Mereka yang berbeda pandangan, pilihan, kadang ribut nggak karuan di wag untuk mempertahankan pendapatnya mati-matian. Nggak worth it amat sih dengan kelakuan seperti ini.

Saya pernah tanya ustad tentang kelakuan begini. Ustads saya bilang, orang-orang seperti itu adalah sezolim-zolimnya orang, karena bersifat sangat egois, tidak adil dan cenderung rasis (dengan menyebut dalil-dalil yang terlalu panjang bila saya sampaikan di sini). Perlu ketegasan admin WAG di sini. Atau sesama anggota. Cara yang paling ringan agar imun kita tetap tinggi, ignore, abaikan, maafkan dan doakan agar perilakunya tidak zolim lagi.

Ah ustad saya benar. Di masa pandemi ini, kita yang harus 'mengukur diri' mana-mana aktivitas yang menaikkan imun, ikuti dan lakukan. Bila menurunkan imun, tinggalkan dan tidak usah diikuti. Semoga kita menjadi anggota wag yang membawa kebaikan bagi sesama anggotanya dan bukan sebaliknya. Untuk dan atas nama silaturahmi yang insyaallah memanjangkan umur itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun