Masalahnya, persediaan kata-kata yang saya miliki cukup nggak ya untuk digunakan di tulisan-tulisan yang nantinya saya buat untuk kegiatan Samber ini.
Ragu sih mau ikut, takut kalimat-kalimat yang ditulisnya jadi monoton gitu, ngebosenin gitu. Tapi melihat hadiah-hadiahnya ... wow, warbiasah. Akhirnya pesimisme itu berganti jadi optimisme. Coba aja dulu, begitu bisik saya dalam hati. Ya sudahlah, Bismillah, ikutan. Prinsipnya: Yes, you can saja.
Walhasil, terlewatlah beberapa menit dari jadwal yang sudah ditentukan. Tapi upload aja deh, sudah tanggung, dan lagipula berharap please ... please ....please admin Kompasiana, boleh ya terlambat dikit. Dikit banget kok, beneran, cuma beberapa menit gitu. Coba deh periksa waktu uploadnya. Makasih sebelumnya, mas/mbak Admin Kompasiana untuk pengertiannya yang sangat banyak. Nuhun ya min ....
Walau kadang berasa sulit juga karena ide itu berasal dari pihak luar (Kompasiana) dan bukan dari ide kita sendiri. Hanya metode ini sangat baik untuk berlatih menulis. Kita dituntut untuk suatu tuntutan mengembangkan ide sebuah tulisan. Very challenging, sangat menantang. Dan sistem penulisan model begini, seperti sebuah kesulitan tapi membawa berkah.
Disamping kita di bulan Ramadan diminta untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya, Kompasiana menyodorkan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai ibadah pula, yaitu berbagi ide/manfaat melalui tulisan-tulisan para Kompasianer yang dimuat di Samber THR Kompasiana ini.
Kalau isi tulisan kita baik, berisi pesan-pesan baik, dibaca oleh orang lain dan memberikan manfaat, maka kitapun akan mendapat pahala dari upaya itu. Begitu yang saya dengar dari seorang ustadz tentang berbagi tulisan yang baik dan bermanfaat, seperti rata-rata tulisan yang dimuat di Samber ini.