Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Goody Bag Menggunakan Tas Tradisional Tak Kalah Keren

21 Januari 2019   14:02 Diperbarui: 21 Januari 2019   14:08 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Sabtu lalu (19/01/2019), saat menjadi narasumber dalam workshop Penulisan ilmiah Populer, di lingkungan kampus Universitas Nasional, Jakarta, di akhir acara, panitia  memberikan cenderamata kepada saya yang diserahkan dalam bentuk satu buah goody bag, terbuat dari tikar - tas tikar pandan.

Wow, keren amat. Demikian kesan pertama saya saat melihat goody bag tikar tersebut. Walau terbuat dari tikar pandang, tetapi tas itu terlihat sangat charming, dengan sedikit tali penutup di bagian atasnya. Ukurannyapun cukup besar - seukuran map, sehingga bisa untuk membawa keperluan ke kantor nih pikir saya.

Belum pernah saya menerima goody bag terbuat dari tas tradisional seperti tas tikar tersebut. Juga belum pernah saya lihat di acara-acara lain, baik formal maupun non formal, baik di lingkungan akademisi ataupun bukan. Biasanya cenderamata akan terbungkus oleh tas terbuat dari kertas, atau plastik.

Saat tas tikar sudah di tangan, terbayang bahwa tas semacam ini adalah mewakili industri rumahan yang banyak di perkampungan di Indonesia. Terbayang bahwa bahan bakunya adalah seratus persen lokal Indonesia. Terbayang warga (biasanya kalangan ibu-ibu) yang membuat dengan teliti produk tradisional semacam itu. Terbayang kebahagiaan mereka saat produk yang dibuatnya sudah jadi dan siap untuk dilempar ke pasaran. Terbayang bahwa produk yang kemudian dibeli tersebut akan dapat menambah pemasukan bagi rumah tangga mereka. Dan seterusnya.

Ah, kok berpikir terlalu jauh? Nggak juga sih. Merupakan pemikiran sederhana, bahwa aliran tas tradisional tersebut memiliki alur perjalanan yang panjang dan merupakan bagian dari rantai ekonomi. Bila ingin mendukung industri rumahan yang kita anggap sebagai bagian dari industri pedesaan, dengan produk tradisional - seperti tas tikar tersebut sebagai luarannya, mudah saja kok, mari kita gunakan produk-produk tradisional dalam negeri tersebut, atau paling tidak kita bisa membelinya, untuk digunakan sebagai kado ataupun cenderamata, seperti yang saya alami, keren lho. Sepanjang perjalanan, banyak yang memberikan pujian dengan tas tikar ini. 

Bravo produk dalam  negeri, bravo produk lokal, bravo produk tradisional, kita wajib mendukungnya.

Salam produk tradisional.  Salam produk dalam negeri.

NB:

Thanks panitia and the credit goes to Suci Utami Atmoko, PhD. who I know emerging this initiative - Tikar bag for presenter. Good on you. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun