Kalau ditanya, apa yang sudah saya perbuat untuk Indonesia? Bingung juga ya jawabnya. Merasa banyak yang sudah dilakukan, tapi sekaligus merasa seperti tidak ada yang patut dibanggakan yang sudah diperbuat untuk Indonesia.
Misalnya, melalui apa yang sudah dilakukan lewat pekerjaan di kantor. Output pekerjaan itu, menurut saya, cukup dapat dianggap bermanfaat bila untuk masyarakat, bila mereka mau menggunakannya. Termasuk informasi-informasi yang saya sampaikan melalui publikasi-publikasi yang dihasilkan, baik yang bersifat ilmiah ataupun yang semi hingga non ilmiah (populer).
Dilain hal, ketika melihat apa-apa yang sudah saya lakukan, saya hasilkan, saya share ke masyarakat luas, masih tetap timbul pertanyaan-pertanyaan meragukan itu. Hanya itukah yang dapat kamu perbuat, Bugi? Hanya kumpulan-kumpulan tulisan (bila terkait dengan produk tulisan atau menulis saya) seperti itu yang kamu banggakan sebagai sumbangsihmu kepada Indonesia ini? Coba lihat sekelilingmu, apakah sudah sepadan? dan lain-lain, dan lain-lain. Semua telunjuk sepertinya mengarah kepada saya.
Terakhir ini, kegiatan diluar kantor yang saya sering lakukan adalah mendongeng atau storytelling. Andalan saya tentu si Otan saat mendongeng. Otan adalah nama boneka tangan Orang Utan yang saya kerap gunakan saat mendongeng. Si Otan sangat disukai anak-anak. Saya melihat mendongeng sama dengan 'berdakwah' untuk anak. Lho kok bisa?
Mengapa tidak?
Pendongeng menyampaikan hal-hal yang baik, dimana audiens atau penerimanya adalah anak-anak (bila mendongeng dihadapan anak-anak). Sementara, anak-anak itu, secara kemampuan dan psikologis adalah penerima dan pengingat yang baik. Sehingga diharapkan bahwa dongeng yang didengarnya itu akan sedikit banyak mempengaruhi 'memori' anak-anak yang akan dapat menumbuhkan sisi baik si anak.
Banyak orang dewasa yang saat kanak-kanaknya dahulu sering mendengarkan dongeng, masih ingat akan dongeng-dongeng yang didengarnya di masa kecilnya itu. Dan, masih menurut mereka yang biasa mendengarkan dongeng saat kecil, nilai-nilai baik dalam dongeng yang didengarnya mampu berkontribusi kepada karakter atau kepribadiannya saat mereka dewasa kelak.
Bahkan, salah seorang rekan saya, menyatakan, bahwa saat ia kecil - ia berasal dari sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan, orang tuanya, saat ia dan saudara-saudaranya masih kecil, menyewa seorang (katakanlah seperti pembantu) yang tugasnya adalah membacakan cerita-cerita dongeng bagi mereka dan dongeng-dongeng itu masih membekas hingga sekarang. Bahkan sebuah hasil penelitian dengan tegas menyatakan bahwa penyampaian cerita seperti mendongeng ini dapat berpengaruh terhadap perubahan sosial di masa depan.
Dari dua hal yang saya sampaikan di atas, saya hendak menekankan saja bahwa banyak hal yang dapat kita perbuat (yang positif) yang sebetulnya dapat dianggap sebagai sebuah kontribusi terhadap bangsa ini, Indonesia, seberapapun atau seperti apapun bentuknya.
Dua hal di atas dapat masuk kedalam golongan kontribusi yang 'abstrak' atau intangiblealias tidak langsung. Tidak seperti bantuan tunai yang dapat langsung dirasakan masyarakat. Hal-hal tersebut memerlukan proses yang panjang dan lama. Tetapi perubahan-perubahan tersebut tetap penting adanya terutama yang masuk kedalam kategori perubahan sosial.
Betul pentingkah?
Sosiolog Prof. Selo Sumarjan (1991) berpendapat, terkait dengan hal tersebut yaitu bahwa semua perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan (yang dimulai dari perubahan individunya) dalam suatu masyarakat, dimana perubahan tersebut mempengaruhi sistem sosialnya. Perubahan sosial yang dimaksud mencakup nilai-nilai dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Hari ini saya menghadiri upacara memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72 di lingkungan tempat kerja. Saya tertarik mengamati adu tarik tambang yang dilombakan (seperti dalam foto terlampir). Saya kok jadi terang pikiran ya, makin menjadi semangat. Pertanyaan saya diatas seperti terjawab sudah.
Melalui semangat adu tarik tambang, saya diingatkan bahwa yang terpenting adalah persiapan yang baik (kuda-kuda sebelum tambang ditarik) dan usaha yang keras - sekeras saat tambang ditarik. Lawan di bagian depan adalah tantangan yang harus dihadapi. Tarik terus hingga sekemampuan kita yang maksimal. Serta, usahakan banyak yang mendukung usaha ini (rombongan penarik tambang yang kompak). Urusan hasil, kembalikan kepada Yang Maha Memiliki Hak Menentukan.
Kalau saya tetap melakukan hal-hal yang dapat saya lakukan (seperti yang sudah saya sampaikan) dan bahkan lebih giat lagi, apalagi sudah mengetahui manfaatnya, 'keep up the good work' - lakukan terus dan terus semaksimal mungkin. Insya Allah dengan niat yang sudah kita luruskan karena Allah SWT, apa yang kita lakukan akan menjadi bulir-bulir kontribusi saya untuk Indonesia.
Kemudian bila orang-orang yang memiliki profesi atau keahlian seperti sayapun melakukan hal yang sama, maka akan semakin banyaklah bulir-bulir yang dihasilkan dan dicurahkan bagi Indonesia ini.
Tidak usah hiraukan nilai atau besarannya, yang terpenting adalah lakukan terus dan terus .... hasilkan terus bulir-bulir itu.
Dirgahayu Indonesia ke-72
Makassar, 17 Agustus 2017
@kangbugi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H