Sokola Kaki Langit (SKL), bagi yang belum mengenal akan keberadaan SKL ini, merupakan sarana pendidikan non-formal bagi anak-anak di daerah terpencil/pelosok di beberapa lokasi binaan SKL di Sulawesi Selatan yang bertujuan untuk membantu anak-anak tersebut mendapatkan pengajaran yang lebih baik.
SKL didirikan oleh Andi Mey Kumalasari Juanda, seorang wanita muda kelahiran Soppeng. Memiliki nama yang mirip-mirip dengan Sokola Rimba-nya Butet Manurung, memang diakui oleh Andi, yang adalah alumni UNM ini, Sokola Rimba telah menjadi salah satu inspirasinya mendirikan SKL. Namun SKL tidak meniru mentah-mentah Sokola Rimba yang sudah cukup terkenal itu. SKL memiliki ciri khasnya tersendiri.
SKL, yang didirikan pada tahun 2014 ditanggal 28 Desember ini telah memiliki sekitar 270 relawan pengajar dengan cakupan 3 (tiga) desa binaan, yaitu Dusun Umpungeng - Kab. Soppeng serta Dusun Panggalungan & Dusun Maroanging, keduanya berada di Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Diantara target SKL ini adalah berdirinya 1 (satu) rumah baca di setiap desa binaan SKL.
1. Rumah baca - minimal satu disetiap lokasi desa binaan,
2. Proyek berbagi, dalam kegiatan ini, SKL menjadi wadah mereka yang ingin menyalurkan sumbangannya seperti dalam bentuk: buku (layak baca) , pakaian (layak pakai) dan uang,
3. Ikhlas Pemuda, merupakan perluasan dari materi yang biasanya dilakukan di dalam kelas, kegiatan ini dilakukan di luar kelas/jam sekolah. Merupakan pengembangan minat & bakat pemuda-pemuda di sekitar desa binaan, biasanya berupa olah-raga, menyanyi, puisi, drama hingga crafting/prakarya - yang biasanya memanfaatkan barang-barang bekas/tidak terpakai.
"saya sangat menikmatinya, pak, sangat berkesan. " begitu ujar Teguh menjawab pertanyaan saya tentang kesan-kesannya sebagai relawan SKL.
Teguh, yang sehari-harinya adalah mahasiswa semester VI jurusan Informatika di STMIK Dipanegara ini, menceritakan pengalaman-pengalaman dan kesan-kesannya menjadi relawan SKL.