[caption caption="Festival Foroum KTI VII"][/caption]
Saya agak ragu mencari judul yang tepat tentang apa yang mau saya tulis kali ini. Ragu karena beragam makna yang saya lihat, saya dengar dan saya amati di Forum Kawasan Timur Indonesia (Forum KTI) yang diselenggarakan oleh Yayasan BaKTI, yang saya hadiri beberapa waktu lalu. Kebetulan saya berkesempatan menghadiri dua hari kegiatan Forum KTI ke-VII yang kali ini diselenggarakan di Convention Center Hotel Aston, Makassar, yaitu pada tanggal 17 dan 18 November 2015 lalu.
Saya coba endapkan beberapa waktu dan saya merasakan bahwa kesan atau inspirasi yang ditimbulkan dari kegiatan Forum KTI ini cukup mengena untuk sebuah proses pembelajaran (serta upaya shared-learningnya) dan menimbulkan kesan yang mendalam. Sehingga untuk kali ini saya memilih menceritakan tentang kesan saya melihat upaya 'Berbagi kecerdasan ala Forum KTI dan BaKTI."
Kemasan cerdas
- Forum KTI ke VII yang kembali mengambil tempat di Makassar ini, merupakan Forum KTI yang pertama kali saya ikuti. Menurut catatan, Forum KTI pertama, kedua dan ke IV dilangsungkan di Makassar.
- Forum yang dimaksudkan sebagai perayaan atas capaian pembangunan di Kawasan Timur Indonesia ini dikemas dengan kemasan yang bagi saya termasuk hal baru yaitu artistik, tidak terlalu formal (hal ini sangat didukung dengan penampilan pembawa acaranya), menggunakan beragam cara dan 'gaya' agar nilai-nilai maupun pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima oleh para peserta/hadirin. Beberapa acara dikemas dengan penyampaian yang semi teatrikal plus nyanyian dan tari-tarian khas Kawasan Timur Indonesia. Pengemasan acara ini membuat suasana menjadi tidak terlalu kaku, tapi mengasyikkan.
- Paparan dari para pemateri yang tidak terlalu panjang serta didukung oleh informasi yang tersaji dalam bentuk audio visual membuat keseluruhan rangkaian acara menjadi acara yang 'high quality'. Yang lebih menarik lagi bagi saya adalah bahwa selama acara berlangsung, tidak diadakan ruang untuk tanya jawab ataupun diskusi. Bila ingin diskusi atau bertanya dapat dilakukan disela-sela acara, misalnya pada saat coffee break, lunch ataupun di waktu luang. Tapi hal ini justru menjadikan waktu pelaksanaan acara berlangsung lancar dan efisien. Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa tidak tepat menghilangkan kesempatan untuk berdiskusi/tanya jawab tersebut. Mengingat padatnya jadwal acara dan untuk mengakrabkan antara pemateri dengan peserta, pilihan itulah yang ditempuh. Menurut saya upaya itu cukup berhasil. Berhasil dalam hal memaksimalkan panca indera peserta/hadirin untuk memaksimalkan shared-learning dari acara Forum KTI tersebut.
Kecerdasan yang dibagikan
Indonesia Timur, selama ini terkesan 'dimarjinalkan' dibandingkan dengan bagian barat. Namun isi sambutan yang disampaikan oleh Menteri Perhubungan Jonan, Gubernur Sulawesi Selatan Yasin Limpo, Ketua Pokja Forum KTI, Ketua Yayasan BaKTI dan Andi F Noya (Kick Andi) berusaha menjawab hal itu.
[caption caption="Gubernur Sulawesi Selatan"]
Secara yakin, Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan bahwa KTI adalah masa depan Indonesia, sehingga mengharapkan perhatian lebih dari pemerintah.
[caption caption="Menteri Perhubungan"]
Sementara Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan meresponnya dengan mengatakan bahwa dikarenakan APBN anggarannya ada batasnya, maka pembangunan yang dilakukan pemerintah adalah yang dibiayai dari APBN. Sementara yang tidak dibiayai diharapkan pihak swasta dapat mengisinya termasuk peran masyarakat di dalamnya. Hal lain yang disampaikan oleh pak Jonan adalah pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan Indonesia. Apa-apa yang sudah dihasilkan/dipaparkan dalam Forum KTI merupakan bukti partisipasi masyarakat, khususnya masyarakat KTI. Hal ini yang dalam even Forum KTI disebut sebagai "Praktik Cerdas Masyarakat."
[caption caption="Andy Noya"]