Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Telah Lahir Penulis-Penulis Muda Makassar dan Mereka Anak Pesantren

26 Mei 2012   01:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:47 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_179006" align="alignnone" width="280" caption="Key chain: I am a writer, untuk peserta workshop (dok pribadi)"][/caption] Kami anak pesantren dan kami penulis muda, begitulah  ikrar yang dikumandangkan penulis-penulis muda Makassar, yang adalah anak-anak pesantren. Mereka merupakan luaran dari workshop yang diadakan pada tanggal 23-24 Mei 2012. Workshop ini mengambil judul writing and blogging workshop for pesantren dengan tema 'pesantren peduli lingkungan dengan menulis'. [caption id="attachment_179014" align="alignnone" width="300" caption="Workshop banner (dok pribadi)"]

13379999411655033962
13379999411655033962
[/caption] Workshop yang dilaksanakan selama dua hari ini terselenggara atas kerjasama lembaga Linihijau (link: http://linihijau.com), Rotary Club of Ujung Pandang (RCUP) dan Pesantren Darul Aman - Gombara, Makassar, Sulawesi Selatan, yang sekaligus merupakan tempat pelaksanaan workshop ini. [caption id="attachment_179015" align="alignnone" width="300" caption="Peserta putra (dok pribadi)"]
13380003791946725575
13380003791946725575
[/caption] Linihijau berperanan dalam penyiapan materi workshop - serta hal-hal yang terkait dengan lingkungan, RCUP sebagai organisasi asal pemateri (saya sendiri) dan merupakan bagian dari vocational service pemateri sebagai seorang rotarian dan pihak terakhir yang dilibatkan adalah Pesantren Darul Aman, yang menyatakan kesediaan serta ketertarikan yang luar biasa untuk pelaksanaan writing dan blogging workshop - untuk menyaring dan memunculkan penulis-penulis muda - anak-anak pesantren. Workshop dibagi kedalam dua hari, menyesuaikan dengan pemisahan peserta. Peserta putra terpisah dengan peserta putri. Pemisahan peserta workshop ini ternyata justru memunculkan kekhasan tersendiri. Apa saja kekhasan tersebut, bisa disimak dalam penjelasan di bawah ini. [caption id="attachment_179018" align="alignnone" width="300" caption="Peserta putri (dok pribadi)"]
13380020582003937763
13380020582003937763
[/caption] Peserta ditargetkan tidak lebih dari 20 orang peserta putra dan 20 orang peserta putri - dengan kriteria siswa/siswi SMA kelas satu maupun dua (Kelas tiga tidak diperkenankan dulu, mengingat akan memasuki masa ujian). Untuk itu, pihak pesantren perlu menyaring mereka yang menunjukkan minat terhadap dunia tulis-menulislah yang diprioritaskan. Dari hasil penyaringan, terpilih 15 calon peserta putra dan  17 calon peserta putri. [caption id="attachment_179019" align="alignnone" width="300" caption="Foto bersama peserta putri & KH Abdul Djalil (dok pribadi)"]
13380027341426086132
13380027341426086132
[/caption] Dari workshop putra, teridentifikasi bahwa sudah ada tiga orang yang memiliki blog - namun satu orang belum mengisi blognya dengan satu tulisanpun - karena, katanya, belum memahami bagaimana mengisinya - "menulis itu sulit", paparnya (yang diamini pula oleh peserta-peserta lainnya); enam orang suka menulis artikel - tetapi belum dipublikasikan dan hanya sebatas disimpan sebagai catatan di kamar; serta satu orang sudah memiliki tiga buah draft naskah cerpen - yang sekali lagi - tidak tahu bagaimana dan kemana mempublikasikannya. Amazing, isn't it? Itu peserta- peserta putra, sekarang bagaimana yang putri? Tidak kalah menariknya. Dari 17 peserta, walau belum ada satupun yang memiliki blog, namun hampir seluruhnya telah memiliki naskah puisi; 10 orang sudah memiliki draft naskah cerpen; tiga orang memiliki beberapa artikel yang sudah selesai ditulis; satu orang pernah menjadi ketua perkumpulan penulis jurnal; serta satu orang pernah mengikuti pelatihan menulis - sewaktu usia SD - dan dari pelatihan tersebut telah dihasilkan beberapa puisi dan tulisan yang telah dipublikasikan di media lokal. Sementara puisi-puisi, draft cerpen serta naskah artikel yang sudah selesai seperti disebutkan diatas, belum ada satupun yang dipublikasikan. Hanya tersimpan rapi dalam koper di kamar masing-masing. Potensi-potensi menulis yang masih memerlukan saluran penyaluran dan polesan lebih lanjut. Hal membanggakan lainnya adalah bahwa sekitar 30 persen dari peserta workshop sudah berani secara tegas menyatakan bahwa memiliki cita-cita untuk menjadi seorang penulis yang profesional. Suatu hal yang sangat perlu diapresiasi - mengingat masih belum sebandingnya dengan jumlah penulis yang Indonesia miliki dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Two thumbs up for you, guys. Keluhan mengenai sulitnya menulis, tidak tahu apa yang ingin ditulis, tidak tahu harus disalurkan kemana untuk naskah-naskah yang sudah jadi adalah beberapa problema yang muncul dalam workshop yang dikemas selama dua hari tersebut. Kebingungan inilah yang mendorong mereka untuk semangat mengikuti workshop dari awal hingga akhir. Tugas berat untuk pemateri, namun, seperti kata kalimat bijak,"there is no single recipe", materi yang diberikan dalam workshop-pun mencoba memberikan beberapa 'recipe' yang dirasa perlu serta motivasi untuk terus menulis. Selanjutnya adalah usaha para penulis-penulis muda ini untuk mengolah dan menghasilkan resep-resep lanjutannya. Hal ini memerlukan tindak lanjut. Untuk itu pulalah, workshop tidak berhenti dalam dua hari tersebut, tetapi dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya. Peserta diberi tugas untuk menulis artikel yang terkait dengan lingkungan (minimal dua halaman berspasi tunggal dan maksimal lima halaman) dengan waktu penulisan diberikan selama dua minggu.  Dari tulisan yang masuk nantinya akan dilihat sejauh mana peserta bisa memanfaatkan hasil dari workshop ini. 'Imbalan' yang menarik telah disampaikan oleh pihak pesantren yaitu bahwa keseriusan mereka dalam menghasilkan tulisan-tulisan yang baik akan diberikan kesempatan untuk diterbitkan - dibuat menjadi sebuah buku! Luar biasa, bukan? Yang membanggakan pula adalah bahwa selepas workshop, mereka bersepakat untuk membentuk 'writing club' -  untuk saling mengasah dan meningkatkan terus kemampuan diantara mereka. Sebagai tambahan, bagi saya pribadi, kegiatan ini saya gagas dan kembangkan, terinspirasi  dan termotivasi dari kegiatan yang pernah saya ikuti, yaitu Blogshop Kompasiana yang saya ikuti - diselenggarakan di Makassar pada tanggal 31 Maret lalu, serta aktivitas saya bersama rekan-rekan Blogor (Blogger Bogor) seperti membuat tulisan bersama-sama (cerita berantai), menjadi editor, hingga menerbitkan buku. Serta pengalaman yang saya rasakan manfaatnya selama ini sebagai blogger. Selamat datang penulis-penulis muda Makassar, semoga semangat serta keseriusan yang anda tunjukkan kelak akan membuahkan hasil yang sepadan. Selamat. (Mengenai kelanjutan dari tulisan yang dibuat oleh peserta workshop tersebut serta aktivitas ngeblog para santri dan santriwati ini akan dimuat dalam postingan yang terpisah) Link posting terkait: - Woro-woro: http://linihijau.com/2012/05/23/writing-and-blogging-workshop-sponsored-by-linihijau/ - Blogshop Kompasiana di Makassar: http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/02/blogshop-ibkompasiana-memicu-lahirnya-penulis-muda-makassar/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun