[caption id="attachment_159400" align="alignnone" width="300" caption="Cegah Thalassemia (dok; pribadi)"][/caption] Kebetulan saya diundang oleh DGN Rotary Indonesia, Imam Mudjari, untuk menghadiri acara yang diadakan oleh Rotary Club Ujung Pandang (RCUP - dengan komandan pelaksananya adalah Rotarian (PE) Marzuki Ukkas), yang pada awalnya saya tidak tahu menahu tentang acara tersebut - yang kemudian ternyata adalah kegiatan RCUP yang terkemas dalam bentuk sosialisasi pencegahan penyakit Thalassemia. Thalassemia? Apakah itu? Sudah lama saya mendengar mengenai penyakit Thalassemia, hanya saja, secara detail saya sama sekali tidak memiliki gambaran dan sepertinya memang belum merasa perlu untuk mengetahuinya lebih jauh. Ternyata anggapan tersebut kurang tepat. Beruntung saya memenuhi undangan tersebut karena ternyata sosialisasi tentang penyakit Thalassemia ini sangat penting. Coba perhatikan, berita yang dimuat di Kompas.com, penderita penyakit Thalassemia di Indonesia - data tahun 2009 - mencapai sekitar empat ribuan, dimana 90 persen dari penderitanya adalah masyarakat miskin. Sementara khusus di prov. Sulawesi Selatan, menurut pembicara utama dalam acara sosialisasi tersebut, mencapai sekitar 5 persen dari total jumlah penduduk di Sulawesi Selatan. Penduduk Sulawesi Selatan mencapai sekitar 8 juta orang (sumber: Wikipedia) sehingga, 5 persennya akan berarti sekitar empat ratus ribu jiwa. Cukup banyak bukan? Dan akan menjadi masalah lagi jika, seperti yang dilansir Kompas.com, penderitanya - kebanyakan adalah orang miskin. Biaya pengobatannya sangat mahal. Sekali pengobatan, diperlukan biaya sekitar delapan juta rupiah setiap bulan dan penderita thalassemia memerlukan pengobatan ini sepanjang waktu hidupnya. Thalassemia merupakan penyakit yang diwariskan (genetik) - menurut banyak orang merupakan warisan yang tidak diharapkan. Yang merupakan penyakit yang digolongkan kedalam golongan anemia (kekurangan darah) karena terjadi kerusakan sel darah merah. Penderitanya akan memerlukan tambahan darah terus menerus. Jika ini tidak dilakukan, maka akan mengakibatkan anemia dan segala konsekuensinya serta terjadinya penimbunan zat besi yang bila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian. Untuk itulah, data kelangsungan hidup penderita Thalassemia, jika tidak ditangani dengan baik hanya dapat bertahan hidup sekitar 10 tahun, sementara yang mendapat penanganan baik data menunjukkan ada yang dapat bertahan hidup hingga usia 26 tahun (pasien tersebut masih dalam penanganan dan pemantauan hingga kini). Lalu, bagaimana cara mencegahnya? - Untuk mengetahui apakah seseorang adalah carrier/pembawa 'karakter' thalassemia, dapat dilakukan pengecekan di laboratorium. - Jika sudah diketahui sebagai pembawa sifat keturunan Thalassemia, maka saran medisnya adalah sebaiknya dipertimbangkan untuk tidak memiliki keturunan. Karena jika dipaksakan memiliki keturunan, dampak buruk akan ditimbulkan baik terhadap orang tuanya (dampak sosial - biaya yang mahal) dan terhadap keturunannnya, yaitu memerlukan pengobatan seumur hidup. Sebagai catatan, pembawa karakter Thalassemia biasanya diakibatkan oleh perkawinan karena hubungan kekerabatan yang dekat. Ini juga yang memerlukan pertimbangan, jika akan menikahi kerabat dekat, sebaiknya periksa dulu apakah anda pembawa karakter Thalassemia atau tidak? Penjelasan umumnya adalah sebagai berikut: --> Jika kedua oang tua tidak menderita Thalassemia trait/carrier/pembawa, maka tidak mungkin menurunkan anak yang menderita Thalassemia. --> Jika salah satu orang tua memiliki Thalassemia trait/carrier/pembawa, maka salah satu anaknya dapat pula menjadi pembawa gen Thalassemia (Thalassemia trait), namun tidak akan timbul penyakit Thalassemia mayor. --> Kalau kedua orang tua ternyata adalah membawa gen Thalassemia (Thalassemia trait), maka akan dimungkinkan memiliki anak Thalassemia mayor, yang memerlukan transfusi darah seumur hidupnya. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Rotary Club Ujung Pandang ini melibatkan remaja-remaja siswa SMA, SMK dan komunitas lainnya. Kegiatan ini bertempat di Perpustakaan Umum Makassar pada hari sabtu, 4 Februari 2012. Kegiatan ini menjadi penting mengingat dampak medis maupun sosial dari penyakit ini. Disamping itu, remaja-remaja penting untuk mengetahui apa dan bagaimana berpartisipasi mencegah penyakit Thalassemia - karena mereka termasuk generasi harapan bangsa yang akan melahirkan warga bangsa yang sehat pula. Bangsa sehat, insya Allah akan berkontribusi kepada Indonesia yang sehat. [caption id="attachment_159408" align="alignnone" width="300" caption="Penulis bersama Rotary Club Ujung Pandang (doc: pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H