Tanggal 1 Oktober merupakan Hari Kopi Internasional (the International coffee day). Hari istimewa terutama bagi pecinta kopi ini ditetapkan tahun lalu (2015) di Milan, Italia, oleh the International Coffee Organization (ICO - internationalcoffeeday.org).
Penetapan hari spesial ini, oleh organisasi kopi internasional yang beranggotakan 77 negara itu, disamping ditujukan bagi para pencinta kopi, digunakan pula sebagai ajang promosi ‘fair trade’ (perdagangan kopi yang adil) kopi untuk meningkatkan kesejahteraan para pecinta kopi. Hingga secara maknawi, the international coffee day diartikan sebagai:
“A global celebration of coffee’s journey from the farm to your local shop – an opportunity to honour the men and women who grow and harvest the coffee we love”
Artinya, kalau kita, penikmat kopi, sedang menikmati kopi kita, jangan lupakan mereka para petani-petani kopi, termasuk prosesnya dari hulu hingga hilir, dari tanaman kopi, petani kopi hingga pemrosesannya terhidang di meja kita, yang sedang kita minum ini.
Di Bogor, Hari Kopi Internasional diperingati pada hari Minggu, 2 Oktober 2016 dengan mengambil tempat di Plaza Balaikota Bogor, Jl. Ir. H. Juanda, Bogor.
Acara 1000 cups kopi untuk Bogor yang dilaksanakan pada pukul 7.00 – 12.00 wib ini berlangsung meriah dengan pengunjung yang sangat antusias. Apalagi acara tersebut dihadiri oleh Walikota Bogor, Bima Arya dan wakilnya, Usmar Hariman yang juga adalah penikmat-penikmat kopi.
Seminar kopi yang masuk sebagai salah satu acara yang yang diselenggarakan saat itu mencoba mengangkat tema cita kopi rasa nusantara. Para pengunjung diberi informasi-informasi yang bermanfaat seputar kopi khususnya perkembangannya di Indonesia (dari tanaman hingga tersaji di secangkir kopi), pengujian kopi, bisnis kopi, kopi-kopi asli Indonesia dan lain sebagainya.
Sebagai pembicara adalah Boy Kurniawan (Master coffee roaster, barista trainer), Mira Yudhawati (Q-grader, certified WBC sensory judge, Sales & marketing manager PT. Caswell Indonesia), Slamet Prayogo (petani kopi Malabar Mountain) dan Prawoto Indarto (Penulis buku ‘the Road to Java Coffee’, independent researcher, tea and coffee advisory at Java).
Acara ini memang istimewa. Melalui kegiatan ini, masyarakat kota Bogor khususnya diberi pemahaman tentang bagaimana cita kopi rasa nusantara. Dengan demikian diharapkan minat dan kecintaan masyarakat terhadap kopi nusantara dapat tumbuh dengan baik. Dari sisi bisnis, masyarakat diperkenalkan pula pada ‘industri kopi’ yang ada di kota Bogor. Sekitar 20 pelaku bisnis per-kopi-an di kota Bogor turut memeriahkan acara ini, seperti misalnya: Popolo coffee, Imah Nini coffee, Bikin Kopi coffee, ACDT coffee dan lain sebagainya.
Hal lain adalah acara ini dimaksudkan agar dapat memotivasi para pelaku/penggiat kopi, dari petani maupun produsen kopi hingga pelaku bisnis kopi agar dapat menghasilkan kopi yang lebih berkualitas serta meningkatkan jumlah peminat kopi. Di samping tentu saja, di acara ini para pengunjung dapat mengetahui cara menyeduh kopi ‘ala café’, mengetahui berbagai jenis kopi nusantara (kopi Toraja, kopi Gayo, kopi Flores dan lain-lain) hingga mencicipinya secara gratis.
Barista yang ada di masing-masing stand juga ramah-ramah. Pengunjung boleh menanyakan apa saja tentang kopi yang ada ataupun disajikan di stand mereka. Sehingga banyak informasi-informasi baru yang didapat oleh masyarakat yang hadir di tempat itu. Kadang-kadang cukup konyol juga pertanyaannya, maklum kami kan masih cukup awam dalam dunia per-kopi-an, tapi mereka cukup sabar menjelaskan dan mempraktikan hal-hal yang ditanyakan, kalau itu menyangkut teknik penyajian. Pokoknya super informatiflah.