Mohon tunggu...
Yazid El Bustomi
Yazid El Bustomi Mohon Tunggu... -

Membaca buku menjadi rutinitas sehari-hari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Haji Mabrur Tanpa Melaksanakan Haji

4 Juni 2013   14:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:33 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

ada sebuah kisah menarik, abdulloh bin Mubarak seorang ulama’ besar generasi tabi’in, lahir pada 736 masehi. Suatu ketika saat melaksanakan haji ke mekkah, itu adalah ibadah kesekian kalinya yang ia lakukan. Setelah selesai tawafifadah dan melempar jumrotul aqobah, ia beristirahat sambil bersandar ke tembok di hijir isma’ il, mungkin karena lelah kantukpun datang menyerang , dalam keadaan bangun dan tidur tampaklah olehnhya di baliktembok dua malaikat yang tengah bercakap-cakap dengan serius

“Berapa orang jama’ah haji jama’ah haji tahun ini?” Tanya salah seorang malaikat.

“Ada 600.000 orang” jawab malaikat yang satu lagi.

“Berapa orang yang mabrur?”

“Tak seorangpun,,,,. Yang mabrur hajinya justru orangyang tak jadi datang kesini”
“Siapakah dia?”

“Ali Almuwaffaq, Seorang tukang sepatu di Damaskus”

Mengalami kejadian seperti itu Abdulloh bin Mubarak pun langsung terjaga. Berkali-kali beliau membaca tasbih dan istighfar. Menyesali dirinya dan dari jama’ah haji lainnya yang sia-sia amal ibadahnya. Terdorong oleh rasa penasaran. Usai berhaji, diapun langsung pergi ke Damaskus, Ditelusurinya jalan-jalan sambil terus bertanya “ dimana ali al muaffaq itu?”.

Karena nama profesi dan ketaatan ibadah ali al muaffaq sudah dikenal oleh penduduk disana, abdulloh bin mubarakpun berhasil menemuinya. Setelah mengucapakan salam dan perkenalan,abdulloh bin Mubarak langsung menceritakan pengalamannya. Mendengar dua malaikat yang bercakap-cakap di hijir isma’il. Tanpa ragu beliau langsung bertanya

“Wahai apakah gerangan yang menyebabkan anda berpredikat haji mabrur, sedangkan anda sendiri tetap tinggal di damaskus?”

“Entahlah” jawab Ali Al muwaffaq merendah,

Ali kemudian melanjutkan jawabannya “ barangkali ada suatu hal yang pernah aku kerjakan yaitu mengorbankan niat untuk menunaikan haji tahun ini. Ceritanya begini, “saya sudah bertahun-tahun menabung untuk bekal perjalanan ketanah suci, pada musim haji tahun ini, saya sudah merencankan naik haji karena bekalyang saya butuhkan sudah lebih dari cukup, suatu hari, istri saya yang menyidam tergiur oleh bau harum daging panggang dari dapur tetangga sebelah. Dia merengek terus untuk mencicipi daging panggang tersebut, saya pun terpaksa mendatangi rumah yang menjadi sumber gara-gara itu, pemilik rumah itu adalah janda miskin dengan beberapa anak kecil yang menemaninya, saya mengucapkan salam dan langsung mengemukakan hasrat istri saya, namun dia nampak tertegun, kemudian berkata dengan lembut

“wahai pembuat sepatu, maaf sekali saya tidak dapat mengabulkan permintaan istri anda karena daging yang saya bakar ini hanya halal bagi saya dan anak-anak saya yang sudah beberapa hari tidak menemukan makanan. Daging ini berasal dari bangkai keledai yang saya temukan dijalanan. Bagi anda dan istri anda yang masih memiliki kemampuan membeli makanan dan belum darurot jelas daging ini haram”
Mendengar hal itu saya balik dengan gugup dan tertegun,

Ali kemudian melanjutkan ceritanya “ Saya memang masih memiliki simpanan makanan bahkan tabungan untuk pergi hajI. Buta dan tuli terhadap nasib tetangga saya yang terpaksa memakan bangkai. Detik itu juga saya lari kerumahuntuk mengambil semua isitabungan dan menyerahkan pada janda beranak banyak tersebut hingga mereka terbebas dari kelaparan dan keterlantaran. Saya dan istri sayapun selaluberdo’a agar terbebas dari jilatan api neraka.

Sahabat yang berbahagia mengambil hikmah dari kisah tadi kita dapat melihat bukti-bukti yang dijanjikan allah dan rosulnya bahwa sekecil apapun harta yang dijalan allah dengan ikhlas allah akan membalas dengan berlipat ganda, semoga kita dicatat sebagai orang yang dermawan hingga tercatat orang yang haji mabrur serta bisa melaksanakan haji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun