Inilah kultwit mengerikan tentang kampanye dari para antex singapura yang tolak tax amnesty. sumber kultwit dari @Seputar_Ekonomi:
- Antek2 Singapura mulai propaganda negatif tolak Tax Amnesty.
- Propaganda Singapura dilakukan demi selamatkan ekonomi negaranya dari pelarian modal.
- Singapura khawatir dana-dana repatriasi akan lari ke Indonesia jk Jokowi jalankan tax amnesty
- Bank-bank Singapura terancam kolaps
- Bank-bank besar Singapura jg sdh propaganda negatif ke bbrp deposan besar wealth management jk tax amnesty Jokowi tdk akan berhasil
- Propaganda dilakukan terang-terangan maupun diam-diam
- Tuk gagalkan tax amnesty Jokowi, propaganda Singapura dilakukan dgn jargon ini karpet merah pengemplang pajak
- Pdhal, justru slama ini 5 juta rakyat Singapura yg nikmatin duit2 trsbut tuk bangun negaranya
- Duit-duit itu bersemayam di bank-bank Singapura shg negeri itu kebanjiran likuiditas & bunga kreditnya hanya 3-4%
- Bbrp elemen di DN juga bertindak spt antek2 Singapura
- Sekjen Fitra Yenny Sucipto dipertanyakan nasionalismenya
- Fitra ingin pertahankan status quo dan jd antek2 Singapura
- Sekjen Fitra blg tax amnesty ibarat ‘karpet merah” pengemplang pajak
- Pdhal, tax amnesty tdk hanya ditujukan bg wajip pajak di LN, tp jg di DN
- Bygkan, dgn NPWP hanya 22 juta saat ini, berarti ada 100 juta WNI yg blm bayar pajak scr bnar
- 100 juta wajib pajak yg blm punya NPWP ini jd sasaran tax amnesty
- Jk Automatic exchange of information (AEoI) berlaku pd 2018, mrka akan terancam tarif pajak 30% dan denda 46%
- Byk dari 100 juta WNI itu yg tdk atau blm prnah byar pajak
- Byk dari mereka yg tdk isi SPT secara benar dan deklarasikan aset kekayaan scr bnr. Artis-artis, pengacara, jg demikian.
- Pengusaha informal juga sedemikian byk yg blm byr pajak. Pengemplang pajak istilah sekjen @seknasfitra
- Pd 2018 nanti, mrka hrs jujur deklarasikan aset kekayaannya. Jk tdk, terancam sanksi denda dan penjara
- Jk tdk ada program tax amnesty, akan byk warga Indonesia yg msk penjara krn tdk byr pajak
- UU KUP pasal 38 sebutkan bhw jk tdk isi SPT scr bnr terancam kurungan penjara 6 bulan & maksimal 6 thn
- WP jg terancam sanksi denda plg sdkt 2x & plg byk 4x dari jumlah pjk terutang yg tdk/krg byr
- Jk itu terjadi, pd 2018 akan byk rakyat yg msk penjara. Akan byk wajib pajak yg miskin krn terancam denda yg bsr
- Pengusaha kecil UMKM yg tdk prnh byar pajak secara bnr jg akan msuk penjara. Pengadilan pajak akan penuh
- Aplg kita tahu sektor ekonomi informal msh berkontribusi 70% terhadap ekonomi nasional
- Inilah esensi dari tax amnesty. Mengampuni kesalahan di masa lalu, krn kesadaran membayar pajak yg msh rendah
- Aplg tax coverage ratio RI msh rendah, hanya 58%. Itu berarti 42% penduduk blm byr pjk scr bnr
- Negara RI tdk akan rugi jika tax amnesty digagalkan Singapura. Tp rakyat Indonesia yg rugi!
- Sebaliknya, Singapura yg justru terbahak2 bersama antek2nya krn brhsl gagalkan tax amnesty Jokowi
- Singapura ttp bs berpesta pora sebagai ngr tax heaven. Duit tetap ngendon di sana. Republik ini beserta rakyatnya ttp miskin
- Singapura beserta antek2nya terbahak2 melihat ribuan rakyat RI msuk penjara. Gugat negaranya sendiri krn ancaman denda 46% gara2 tdk patuh byr pajak di masa lalu
- Penjara akan penuh. Inilah yg diinginkan oleh Singapura dan antek2nya. Ingin negara tercinta ini chaos
- Pdhl, pengusaha informal jk punya NPWP, akan bs mengakses kredit perbankan.
- Dgn ikuti tax amnesty, akan ada puluhan juta wajib pajak baru yg taat bayar pajak
- Jk tax amnesty digagalkan antek2 Singapura, negara kecil itu akan terbahak2 & ttp kaya
- RI sebaliknya miskin dgn ratusan ribu rakyatnya terancam di penjara.
- Penerimaan pajak jg tdk bs dioptimalkan krn pengadilan pajak penuh. Pilihan yg ada hanya andalkan utang LN
- Rakyat Republik ini ttp miskin, modal pembangunan kembang kempis, dipenjara chaos krn sengketa pajak
- Singapura berikut antek2nya terbahak2
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!