Mohon tunggu...
Budy El Sugandi
Budy El Sugandi Mohon Tunggu... -

Manusia sederhana yang terlahir di Sulawesi, remaja di Madura, kuliah di Jogja dan saat ini sedang berpetualang di Istanbul Turki.\r\n\r\ningin terus belajar seumur hidup dan mendambakan masyarakat Indonesia yang demokratis, tolerans dan uggul.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yan dan Sang Maha Guru

17 Maret 2014   22:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13950434132041543751

Kota Hannover pekan ini tampak lebih ramai dari biasanya, Ibu kota negara bagian Niedersachsen ini menggelar pameran IT tahunan tingkat dunia yang mereka sebut CeBIT 2014 (http://www.cebit.de/) tepatnya pada tanggal 10-14 Maret 2014. Hall pameran ini diisi oleh perusahaan perusahaan besar dunia. Sebut saja Apple, BMW, Samsung, Ferari, IBM dan Bayern. Selain mempromosikan produk IT mereka, program ini juga mengahdirkan pembicara-pembicara terkenal seperti Angela Merkel (Kanselir Jerman) Steve Wozniak (Pendiri Apple, dengan Steve Jobs), Jimmy Wales (Pendiri Wikipedia) dan Eugene Kaspersky (CEO Kaspersky Lab).

Yan telah memegang tiket yang ia dapat dari teman pelajar yang tergabung dalam PPI Jerman. Namun sayangnya Yan tidak membaca secara detail bahwa tiket tersebut bertuliskanFree one day.

Yan baru sadar ketika menyecek tiket di pintu masuk. Ketika memasukkan barcode ke alat yang tersedia, muncul tulisan yang intinya tiket tidak bisa digunakan. Yan langsung menuju ke petugas dan menanyakan permasalahan tersebutdanpetugas menjelaskan bahwa tiket yang ia gunakan telah digunakan sebelumnya dan tidak bisa digunakan kembali.

Yan yang sudah merasakan asin, manis, kecut dan pahitnya kehidupan itu tak kehabisan akal.“pantang pulang sebelum berhasil!”,teriaknya di dalam hati. Untuk itu Yan mengeluakan jurus-jurus mautnya.

Setelah mendapat penjelasan tentang permasalahan tiketnya, Yan mencoba bernegosiasi.“Waduh Pakde, saya benar-benar gak tahu kalo tiket ini berlaku hanya sehari, karena di tiket ini tertulis dg huruf besar 10-14 Maret 2014, lagian saya jauh-jauh dari kota Braunschweig ke sinispesialuntuk menghadiri acara ini”,kira-kira begitulah Yan bernegosiasisambil berharap pengertian dan dibukakan pintu besikhusustanpa scan. Sang petugas menjawab yang initinya tidak membolehkannya masuk. Wah emang orang Jerman ini saklek aturan. Yan pun mengucapkan terima kasih tanpa ada demdam sedikitpun karenasadar bahwaitu memang tugasnya utk menegakkan aturan.Sebelum meninggalkan petugas,Yanbertanyasolusi bagaimana caranyaagar ia bisa masuk.“Silahkan menuju ke loket pembelian tiket, Anda bisa membelinya di sana”jawan petugas.

Di loket Yanlangsung bertanya harga tiket tersebut,ternyata harganya 60 euro namun jika menunjukkan kartu pelajar cukup membayar 25 euro. Yan berpikir sejenak, dan nampaknya Yan agak berat mengeluarkan uang 25 euro (sekitar Rp. 400.000) karena pertimbangan kebutuhannya yang masih harus tinggal beberapa pekan di Jerman. Akhirnya Yan mengurungkan niatnya untuk membeli tiket. Apakah Yan menyerah? Oh tentu saja tidak, Yan ini sudah tahan banting, bahkan sudah terbanting sampai inti bumi oleh gorila ganas. Hehee.

Dengan langkah santai Yan menuju bangku panjang yang tersedia pojok gedung untuk menenangkan diri dan mulai mencari solusi. Solusi di sini bukan seperti solusi-solusi yang marak di negara sebelah lho. Tebas sana tebas sini, hanya memikirkan perut sendiri, entah perut orang lainmau busung lapar terserah,bahkan leher orang digorokpun gak jadi masalahyang penting kepentingan diri sendiri berhasil di raih. Namun beda dengan Yanyang berprinsip“usaha kan bukan berarti mengambil hak orang lain, yangterpentingialahhalaldantoyyib (baik)”.

Sambil menggerak-gerakkan kakinya dan menengok ke arah lagit gedungyang tinggi.Yan teringat denganwasiat ampuh dariMahaGurunyaNakbagaimanapun keadaan yang kau hadapi, cobalah untuk terus berpikir positif. Dengan berpikir positif maka seluruh alam semesta mulai dari rumput yang bergoyang, kicauan burung hingga ombak besardi samuderaakan berkonspirasi untuk membantumu memecahkan suatu permasalahan. Sebesar apaun masalahmu itu!”. Ternyata sang Maha Guru hidup di masa Vicky sehingga paham dengan istilah “konspirasi”juga. Heuheu..

Benar-benar ampuhwasiatsang Maha Guru. Yan pun mendapatwangsituntuk memanfaatkanteknologi. Ia menyebar info di di grup whatsapp Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Braunschweig dan media sosial PPI Hannover dan IASI (Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia Jerman) dengan harapan ada yang sudah memiliki tiket namun tidak terpakai karena kesibukan, dll sehingga tiket tesebut bisa dikirimkan via e-mail dan bisa dimanfaatkan (tidak hangus). sembari menantitanggapan dari kawan-kawannyaternyata Yan yang punya selera senitingkattinggi ini memainkan siulannya….Cuiiit cuiiiiiiiiiiiiiitzz.

5 menit, 10 menit telah berlalu namun belum ada tanggapan. Kembali Yan memainkan siulan mautnya, ternyata usut punya usut siulanyang dimainkanYaninimemiliki makna yang dalam. Tidak sekedarmembunyikan mulutbiasa namun mengandung makna puji-pujian pada sang Maha Pencipta.

Eh benar!“kalo rejeki memeng tidak ke mana”. Secara tiba-tiba datang seorang laki-laki berparaf Asia menghampiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun