Seperti biasa jatah makan malam sangat sayang jika dilewati. Setelah mengantri ditengah-tengah orang Turki sayapun mengambil santapan makan malam berupa segenggam et şiş (menu utamanya daging kambing). Menikmati makan malam sambil menyaksikan orang-orang bermain basket dan futsal dengan rianya merupakan bentuk surga malam bagi saya. Fungsi tubuh berfungsi dengan baik, mata terus menyorot objeknya, mulut terus mengunyah sambil sesekali tersenyum melihat ‘kegokilan’ mereka bermain. Sejurus kemudia ada 2 kucing manis datang, mereka terus mengeong-ngeong di depanku.
Saya elus-elus dan meletakkan sedikit daging dari seperempat et şiş yang masih tersisa di genggamanku. Ada pemandangan yang menarik! Setelah saya meletakkan beberapa potong makanan, kucing kecil yang saya prediksi merupakan anak sebelahnya (maaf saya tidak bisa memastikan karena saya belum tes DNA kucing-kucing itu), si kucing kecil itu memakan dengan lahab. Saya lempar daging lagi dan ternyata kembali si kucing kecil itu melahab kembali tanpa mempedulikan induknya (ini masih kayaknya juga lo.. hehe) sementara induknya terus mengeong sambil melirik ke makanana dan anaknya.
Akhirnya saya berinisiatif memotong dua daging terakhir yang tersisa di genggaman dan membagikan satu persatu akhirnya si kucing kecil bisa makan lagi dan si induknya memakan dengan pelan dan setelah si kucing kecil habis memakan jatahnya dia kembali mengambil alih jatah induknya dan si induk mengalah sambil menjilat-jilat kepala anaknya.
Itu masih kisah kucing kawan! Mungkin jika kisah manusia yang saya dapatkan, kisah itu akan jauh lebih menarik membuat kita tergugah atau malah mungkin mebuat kita menjadi aneh yaitu ketika seorang anak berani memaki orang tuanya dan berhasil memmbuat mereka menangis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H