Mohon tunggu...
Steve Bud
Steve Bud Mohon Tunggu... profesional -

Belajar Megang PULPEN (Puisi Lumayan Pendek)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Karma Cepat Datangnya Sebagai Mindset

15 Juli 2012   04:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:56 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1342324320448130901

Dengan perwajahan sampul putih, di ujung kiri dan kanan atas ditempatkan ilustrasi ranting menjulang dan ada yang saling bersinggungan, mengisyaratkan bahwa pencapaian yang didapatkan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya konflik. Dan ilustrasi arah jalan tapak kaki yang mengarah ke penikmat cover buku ini, seolah membimbing pembaca bahwa benar "Karma Cepat Datangnya". Cover didukung pemilihan font yang cukup berhasil memikat persepsi "awam" tentang definisi karma yang selama ini dianggap menyeramkan. Overall, buku ini menyajikan good cover yang sarat pesan. Untuk edisi cetak ulang nanti (...amiin) saya berharap ada peningkatan desain ilustrasi pada tiap-tiap halaman. Semata agar lebih eye catching seperti pada halaman 147 dan 149. Tetap, yang terpenting adalah isi buku. Hidup ini dinamis. Bila tidak mau mencari percah-percah pengetahuan, bersedialah selamanya berada dalam kehidupan mencekam. Gulita!! Barangkali karena itu, Arimbi Bimoseno mengajak pembaca bukunya untuk "Mendesain Masa Depan dengan Pikiran" di halaman awal, sebagai bagian penting bagi hidup kita. Dari desain kita inilah, akan senantiasa kita temui kebahagiaan, hidup sesuai yang kita idam-idamkan. Tentu saja tidak hanya pada materi, tetapi kebahagiaan hakiki di dasar hati. ‎ ​Menjadi penting pula untuk mengetahui di mana letak relevansi antara isi dan judul buku. Di mana posisi "KARMA" ini? Ternyata penulis menarik judul dari Bagian (bab) Ketiga sebagai Judul Buku: Karma Cepat Datangnya, hal 114. Didukung Pengakuan Karma di hal 154. Gagasan dalam kisah-kisah lain yang disajikan menguatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena perbuatan kita, pilihan kita, keputusan kita. Karma selalu datang kapan saja, melalui perbuatan. Setiap hari kita berbuat, setiap hari pula kita menerima akibat. Setiap hari kita sedih, setiap hari kita bahagia. Untunglah, karma bisa diubah seperti kita mengondisikan hati yang sedih agar menjadi bahagia. Menurut saya, karma dalam buku ini lebih ditekankan pada bagaimana mengolah "mindset". Berisi 76 judul yang terbagi dalam 4 bagian (bab), setiap judul menuju isi selalu dilengkapi dengan wisdom/quote singkat sebagai intisari yang terasa meneguhkan pembaca. Bagian Pertama, Hati Fase penting untuk menjadi "tidak galau" adalah menyelam ke dasar hati. Hati yang bersih akan menuntun kita pada langkah yang bersih. Hati akan menjadi pelita dalam menjawab judul "Puzzle Kehidupan". Seperti diungkap dalam quote hal 11: "Menjadi pengamat kehidupan akan membuat hatimu dipenuhi bunga-bunga kebijaksanaan". Peristiwa-peristiwa tertentu yang tidak menyenangkan, seolah membuat ingin berlari dari kenyataan. Sungguh cerdas menurut saya, Arimbi Bimoseno malah menyuruh kita "Mencari Pelarian" sebagai judul di hal 7. Digambarkan melalui hubungan Cucu dengan Mbah dan Anak dengan Ibu berlidah tajam, ketidakharmonisan itu dijadikan sebagai pintu masuknya menuju gagasan;  "Kalau mau lari, larilah pada hal-hal yang membangun jiwa besarmu". Walhasil, semua tergantung pada sikap kita menyikapi keadaan. Ada 18 judul lagi yang bisa dinikmati pembaca di Bagian Pertama ini. - Bagian Kedua, Cermin Seseorang, termasuk kita, bisa jadi merasa bernasip kurang baik dibanding yang lain. Lalu pertanyaan terbit, apakah takdirnya memang sudah begini, bernasip tidak baik seperti ini? Di hal 55, seorang tokoh "aku" yang diceritakan ingin memiliki rumah mungil, berdoa sepanjang tahun hingga tahun ke-13 belum juga memiliki rumah, padahal setiap hari bekerja, setiap bulan dan tahun bekerja dan berdoa. Penulis menyampaikan gagasan dalam sebuah sentilan: "Aneh! Kamu melakukan cara yang sama, mengulang-ulang cara yang sama, tetapi mengharapkan hasil beda. Mana bisa." Begitulah, kita harus banyak-banyak bercermin pada diri sendiri dan orang lain. Bercermin pada diri sendiri membimbing pada sudah maksimalkah peran kita dalam kehidupan ini. Bercermin pada orang lain akan memberi semangat extra, bila yang lain bisa kenapa kita tidak bisa. Ada 25 judul dengan tema berbeda yang layak di simak di Bagian Kedua Ini. Dan tentu saja, pada Bagian Ketiga; Peristiwa dan Bagian Keempat; Cinta, bisa juga pembaca rasakan kejelian penulis mengolah peristiwa-peristiwa agar menjadi lebih bermakna. Lebih dalam dan dalam lagi, bukan sekedar peristiwa kehidupan biasa sehingga banyak ibrah yang bisa kita petik. Sebagaimana ditulisnya dalam pengantar, "Teks hanyalah teks, sampai anda menjadikannya berlian". Satu hal yang patut diacungi jempol adalah kepiawaian penulis mengolah kisah-kisah kehidupan menjadi inspiratif. Sehingga layak untuk dinikmati setiap saat, asyik dibaca dimana-mana, menenangkan, sambil antri menunggu dokter, antri di bank, dalam kendaraan di perjalanan. Lampung, 15 Juli 2012 Steve Bud

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun