Mohon tunggu...
Budiyono Richwan
Budiyono Richwan Mohon Tunggu... Guru - Kompenindo Aviasi

Ikhlas Memberi Yang Terbaik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cugenang Bangkit!

22 Desember 2022   05:12 Diperbarui: 22 Desember 2022   05:13 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau mendengar kata "Cugenang", What's on your mind " Apa yang sedang anda pikirkan? (ikut-ikutan seperti kata Facebook). Ya, Cugenang adalah sebuah kecamatan di wilayah Cianjur yang pada tanggal 21 Nvember 2022 yang lalu diguncang gempabumi hebat.  "Pemicu gempa Cianjur Magnitudo 5.6 pada 21 November 2022 lalu adalah patahan atau Sesar Cugenang. Ini adalah sesar yang baru teridentifikasi dalam survei yang dilakukan BMKG," ungkap Dwikorita di rilis dari BMKG dalam Konferensi Pers di Jakarta pada Kamis (8/12).

Lebih lanjut Dwikorita memaparkan, Sesar Cugenang membentang sepanjang kurang lebih 9 kilometer dan melintasi sedikitnya 9 desa. Dari 9 desa yang dilintasi Sesar Cugenang, delapan di antaranya termasuk Kecamatan Cugenang. Kedelapan desa itu di antaranya Desa Ciherang, Desa Ciputri, Cibeureum, Nyalindung, Mangunkerta, Sarampad, Cibulakan, dan Desa Benjot. Satu desa terakhir, Nagrak, lokasinya di dalam wilayah Kecamatan Cianjur.

Tapi kali ini saya tidak ingin membahas "Cugenang dalam Duka", meskipun suasana kedukaan masih kental terasa disana. Pemandangan umum masih banyak rumah-rumah rusak berat yang ditinggalkan penghuninya dan mereka lebih memilih tinggal di tenda-tenda darurat. Namun ternyata masyarakat di wilayah terdampak gempa di Cugenang sudah mulai bangkit!

Pada hari Senin, tanggal 19 Desember 2022 saya dan tim dari "Paguyuban Warga Komunikasi Penerbangan Indonesia (PWKPI)" berkesempatan berkunjung ke Cugenang untuk menyalurkan bantuan yang berhasil dihimpun oleh anggota PWKPI, sebuah komunitas yang sangat kami banggakan.akan rasa kekeluargaan dan kekompakannya meskipun mayoritas anggotanya adalah para purnabakti.

Wilayah yang kami kunjungi adalah Desa "Galudra" dan desa "Wangun Jaya" yang terletak tidak jauh dari pusat gempabumi. Wilayah Cugenang sebelum gempa seperti wilayah di Cianjur lainnya adalah wilayah yang subur makmur, berbukit-bukit menghijau dan tentu saja indah panoramanya. Masyarakatnya sopan-santun dan bahasa sundanya sangat halus, itu sudah terkenal dari dulu. Satu hal yang saya perhatikan, para wanitanya rata-rata berkulit putih bersih dan banyak yang berparas rupawan, kata teman satu tim, "mungkin oleh karena kualitas air  yang jernih".

Well !, setelah hampir satu bulan sejak musibah gempabumi terjadi, saya lihat kehidupan sudah mulai pulih dan semangat hidup dari masyarakatnya sudah mulai bangkit, hal itu terlihat dari wajah-wajah mereka yang tetap "sumringah" tidak terlihat wajah "memelas" meskipun masih banyak yang tinggal di tenda-tenda darurat. Pada satu tenda darurat yang cukup besar, saya dapati sekelompok ibu-ibu sedang mengaji al-quran dan setelahnya diisi dengan ceramah dari tokoh masyarakat setempat yang intinya memberi semangat dan motivasi.

Kang Yogie, pemuda setempat yang menjemput dan mengantar tim kami mengatakan rumahnya rata dengan tanah. Dan memang begitu kenyataannya setelah kami tiba di bekas rumahnya di desa Wangun Jaya, hanya tinggal ubin dari keramik yang kemudian dipakai sebagai "posko" bantuan gempabumi. Berkat dari musibah gempa, Kang Yogie dengan mobil suzuki pick-up yang didapat dari sebuah perusahaan pengiriman barang, menjadi sopir penjemput dan pengantar bagi orang atau institusi yang ingin menyumbangkan bantuan. _"Alhamdulillah pak, menjadi ladang penghasilan sehari-hari dan sekaligus ladang amal"_ kata kang Yogie yang baru mempunyai anak satu usia balita. Katanya banyak orang yang kemudian berprfesi sama seperti kang Yogie.

Pak Bakar, yang menjadi koordinator posko bantuan gempa di desa Wangun Jaya, tinggal bersama istri dan ibunya yang sudah sepuh serta putranya yang kira-kira berumur 5 tahun. Rumahnya juga rata dengan tanah, sekarang kegiatannya sangat sibuk dengan menerima kunjungan orang-orang yang datang secara langsung untuk menyalurkan bantuan. Istrinya membantu petugas BNPB untuk "Trauma Healing" bagi masyarakat terdampak gempa, suka diberi uang lelah, katanya.

Most of all, itulah pengalaman dan pelajaran sangat berharga yang saya dapatkan dari musibah gempabumi di Cianjur. Semoga kita semua dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan "sabar" dan "syukur" sebagai pelengkap "iman".   

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."  (QS. Al-Insyirah: 5-6).

Cugenang, 19/12/2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun