Mohon tunggu...
Budiyono ChE
Budiyono ChE Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik dan Pemerhati Sosial

Senantiasa berbagi untuk kebaikan bersama. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Mitos Bangun Siang

6 Juni 2024   12:00 Diperbarui: 6 Juni 2024   15:10 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mitos mengenai bangun siang adalah kepercayaan yang berkembang di masyarakat, yang menyatakan bahwa bangun siang dapat membawa kesialan atau malapetaka. Sama seperti ungkapan "Bangun siang, rezeki dipatok ayam," yang mengandung arti bahwa orang yang malas atau tidak disiplin dalam mengatur waktu akan kehilangan kesempatan atau rezeki. 

Mitos ini menggambarkan bahwa jika seseorang bangun terlalu siang, banyak peluang sudah hilang dan diambil oleh orang lain yang lebih cepat dan bertekad. Seperti ayam yang dipatok atau diikat, kesempatan untuk mencari makanan hilang karena sudah diambil oleh ayam lain yang lebih cepat dan cerdas dalam mencari makanan.

Dalam konteks ontologi, mitos bangun kesiangan ada sebagai konstruksi sosial dan budaya yang menganggap bangun kesiangan sebagai sesuatu yang negatif atau buruk. Keberadaan mitos ini terwujud dalam bentuk cerita, keyakinan, dan norma sosial yang diturunkan dari generasi ke generasi. 

Hakikat dari mitos ini adalah persepsi bahwa bangun kesiangan mencerminkan sifat-sifat negatif seperti kemalasan, ketidakdisiplinan, atau kurangnya tanggung jawab. Mitos ini sering kali tidak memperhitungkan konteks individu atau kebutuhan biologis yang berbeda.

Dalam konteks epistemologi, pengetahuan tentang mitos ini biasanya berasal dari norma budaya, pendidikan, dan keluarga. Kita sering diberitahu sejak kecil bahwa bangun pagi adalah tanda kebajikan dan keberhasilan. Pengetahuan modern dan penelitian ilmiah tentang tidur dan ritme sirkadian menantang mitos ini. 

Penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan tidur setiap individu berbeda dan bahwa beberapa orang secara alami memiliki ritme sirkadian yang lebih lambat, membuat mereka lebih produktif pada malam hari dan membutuhkan tidur lebih lama di pagi hari. Media dan pendidikan memainkan peran penting dalam menyebarkan atau menantang mitos ini. Informasi yang diperoleh dari sumber-sumber yang terpercaya dapat membantu mengubah persepsi masyarakat tentang bangun kesiangan.

Dalam konteks aksiologi, mitos ini mencerminkan nilai-nilai sosial tertentu yang mengaitkan bangun pagi dengan produktivitas dan moralitas. Dalam banyak budaya, orang yang bangun pagi dianggap lebih rajin dan bertanggung jawab. Mitos ini bisa berdampak negatif pada individu yang secara alami memiliki ritme sirkadian yang berbeda.

 Mereka mungkin merasa tertekan atau kurang dihargai karena tidak memenuhi standar sosial yang dianggap ideal. Setiap individu memiliki kebutuhan tidur yang unik dan menghargai perbedaan ini adalah penting dari perspektif etika. Memaksakan standar tidur yang tidak sesuai dengan kebutuhan biologis seseorang bisa berdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun