Kuwiridkan niat, diujung jari dan lidah batin
Kesadaran mengalun bergulung-gulung bak gelombang
Turus-turus jiwa berderet-deret rapi bersahaja dipinggiran savana sukmaku
Jejak tapak rasa hati terlukis acak tak menentu
Dipinggir belik bawah pohon beringin kurendam telapak kaki, agar segala memarnya layu
Tidak sembuh memang,karena memang aku tak ingin segala memar ini secepatnya sembuh
Karena hanya nyerinya inilah yang masih mampu memompa darah semagatku
Kalau mata ini nanar, bukan karena dendam
Kalau kulit ini merah menghitam, ini juga bukan dendam
Kalau bibir ini kering lengket terkatup, ini juga bukan dendam
Trorehan di kulityang merah beraroma anyir, yang mengangga ini bukan luka
Kalaupun gigi berderit beradu bukan menyeringai menahan sakit
Karena memang tak pernah boleh ada luka
Karena memang tak pernah boleh ada sakit
Memang senyum ini belum sempurna
Memang dendang ini mirip rintihan, tapi ini ada laguku
Percayalah aku tetap akan tersenyum berdendang
Kalaupun parau menyayat itu hanya syairnya saja.
Teruslah bertepuk tangan dipinggir pentas
Aku tunggu tepuk tangan dan gelak tawamu,
Madiun 0:01 - 27/04/2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H