Mohon tunggu...
Budi Yanto
Budi Yanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

.... jernih, lebih jernih dan tetap jernih..... semoga.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ini Bukan Luka, ini Bukan Dendam

27 April 2013   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:32 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kuwiridkan niat, diujung jari dan lidah batin

Kesadaran mengalun bergulung-gulung bak gelombang

Turus-turus jiwa berderet-deret rapi bersahaja dipinggiran savana sukmaku

Jejak tapak rasa hati terlukis acak tak menentu

Dipinggir belik bawah pohon beringin kurendam telapak kaki, agar segala memarnya layu

Tidak sembuh memang,karena memang aku tak ingin segala memar ini secepatnya sembuh

Karena hanya nyerinya inilah yang masih mampu memompa darah semagatku

Kalau mata ini nanar, bukan karena dendam

Kalau kulit ini merah menghitam, ini juga bukan dendam

Kalau bibir ini kering lengket terkatup, ini juga bukan dendam

Trorehan di kulityang merah beraroma anyir, yang mengangga ini bukan luka

Kalaupun gigi berderit beradu bukan menyeringai menahan sakit

Karena memang tak pernah boleh ada luka

Karena memang tak pernah boleh ada sakit

Memang senyum ini belum sempurna

Memang dendang ini mirip rintihan, tapi ini ada laguku

Percayalah aku tetap akan tersenyum berdendang

Kalaupun parau menyayat itu hanya syairnya saja.

Teruslah bertepuk tangan dipinggir pentas

Aku tunggu tepuk tangan dan gelak tawamu,

Madiun 0:01 - 27/04/2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun