Di hari Kebangkitan Nasional kemaren saya terkejut dengan adanya aksi demo dokter di Bundaran HI dan depan Istana Negara. Substansi demo itu adalah masalah pengupahan – tarif – gaji. Sesaat saya tidak mempunyai kata – kata untuk aksi beliau para Dokter ini. Saya coba browshing tetang aksi demo tersebut, untuk tidak salah sangka terhadap aksi tersebut.
Berikut beberapa kutipan berita di media on line "Padahal kalau semua sakit butuhnya dokter. Kami dikirim ke pedalaman tetapi tidak jelas hidup penghasilan kami," kata salah satu orator di atas mobil aksi, Jakarta, Senin (20/5). (rakyat merdeka).
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zaenal Abidin mendukung aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh puluhan dokter di Bundaran Hotel Indonesia Senin 20 Mei 2013."Demo itu merupakan hal yang wajar karena sistem Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang sekarang jelas merugikan para dokter," katanya, Senin 20 Mei 2013. (tempo)
Selain itu ada juga suara dari para demonstran itu 'Stop Politisasi Kesehatan'. Bukan apa-apa, sampai tahap ini saya masih belum bisa beropini.
Selanjutnya Browshing masih saya lanjutkan, sampai saya memperoleh satu artikel di Web milik Fakultas Kedokteran UGM, yang berjudul “Harga Dokter Umum” yang di tulis oleh Firdaus Hafidz dan Rizki Tsalashitakhair. Point utamanya memang masalah gaji dokter, menurut artikel tersebut gaji seeorang dokter umum diperkotaan itu idealnya ada pada rentang nilai rentang kompensasi dokter umum dalam sebulan untuk daerah perkotaan yaitu Rp 12.000.0000 hingga Rp 17.000.000 dengan waktu kerja 40 jam per minggu.
Banyak alasan dan latar belakang mengapa muncul angka tersebut, tetapi bahwa intinya harga dokter masih terlalu murah. Bahkan, dalam artikel tersebut di kemukakanada gap antara gaji dokter dan perawat. “rata-rata gaji dokter puskesmas adalah sebesar Rp 4,5 juta per bulan. Jumlah ini bahkan lebih rendah dari rata-rata gaji perawat dan bidan yaitu sebesar Rp 5,4 juta per bulan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dokter umum rata-rata bekerja sebanyak 33 jam per minggu, sedangkan perawat dan bidan bekerja rata-rata 27 jam per minggu. Maka didapatkan rata-rata gaji dokter untuk pelayanan langsung kepada pasien di puskesmas adalah sebesar Rp 34.091 per jam, dibandingkan dengan rata-rata gaji perawat dan bidan sebesar 41.667 per jam.” katanya dalam artikel tersebut.
Setelah mendapatkan beberapa informasi tersebut saya tidak ingin mendebat kebutuhan perbaikan gaji tersebut. Karena substansinya gerakan dokter tersebut sama dengan gerakan para buruh yang yang menuntut perbaikan upah, kenaikan Standar UMR. Hanya saja demo buruh selalu dan pasti kena stigma yang buruk dan selalu di nilai kontra produktif.
Buruh demo selalu dibilang, merusak iklim investasi, membuat kacau, dan lain – lain. Tetapi dalam hal ini saya tidak ingin serta merta menyamakan demo buruh dan demo para dokter itu. Meskipun substansinya sama, tuntutan peningkatan kesejahteraan. Lebih jauh saya belum bisa mengadropsi semangat dari demonstrasi para dokter ini, apalagi menterjemahkan fenomena tersebut. Tetapi, saya ingin membuat tulisan lagi tentang fenomena bapak dan ibu dokter yag berdemo ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H