Mohon tunggu...
Buditama Setiawan
Buditama Setiawan Mohon Tunggu... -

Bekerja di bawah bendera salah satu perusahaan properti dan hospitality di Indonesia sebagai seorang Marketer. Tulisan-tulisannya lebih banyak diangkat dari perjalanan hidupnya sendiri, atau perjalanannya ke daerah yang unik ataupun eksotik. Beberapa tulisan dapat juga anda lihat di http://www.multiply.com/buditama. Yang ingin berkenalan dapat melalui facebook: http://www.facebook.com/buditama

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Musi River, My Little Venezia?

27 Oktober 2009   16:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:31 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_19151" align="alignleft" width="180" caption="Jembatan Ampera - Sungai Musi di waktu malam/photo by P. Bayuaji"][/caption]

Delapan belas tahun lalu, kalau ada orang yang datang ke Palembang dan ingin melihat dan berjalan-jalan ke Sungai Musi dan Jembatan Ampera, yang katanya merupakan kebanggaan masyarakat Palembang, pasti saya langsung mencibir dan menawarkan kegiatan lain yang lebih menarik daripada berjalan-jalan kesana, karena bukan membuat saya bangga, tetapi membuat saya malu; karena begitu ruwet daerah itu dengan terminal bayangannya, penjual sayur, ikan, pakaian yang tumplek, sekaligus becek dan bau lumpur bercampur amis.

Tapi sewaktu pulang ke Palembang kemarin saya tercengang. Begitu banyak perubahan yang ada. Dipinggir Sungai Musi itu sudah diubah menjadi pelataran yang bisa dipakai untuk nongkrong dan berjalan-jalan sore (jalan-jalan siang disana panas banget, hampir 40 derajat!). Keponakan saya malah sempat membeli pesawat-pesawatan dari gabus dan bermain-main disana. Masih ada yang berjualan disana, tapi mereka sangat tertib, dan bersih. Kita pun leluasa untuk berjalan-jalan disana. Dihibur oleh atraksi bartender yang melempar-lemparkan botolnya ke udara, kami pun berhenti tepat di pinggir Sungai Musi. Perahu-perahunya siap untuk mengantarkan kami berpetualang di sepanjang Sungai Musi. Sayang, menurut saya masih terlalu mahal; 1 jam 600 ribu rupiah buat saya masih tidak sesuai dengan kocek. Keindahan Jembatan Ampera di waktu malam, membuat saya seakan dibawa ke Venezia, salah satu sungai terindah di dunia. Lampu-lampunya seakan menyiratkan jembatan ini bahwa dia sudah tak seperti dulu lagi. Jembatan itu seakan telah berubah menjadi gadis kota, yang siap bersaing untuk menarik perhatian para turis. Kecantikannya membuat saya berdecak kagum, apalagi saat dilihat dari kamera kami. Apabila sudah capek dan lapar, anda bisa langsung ngopi di warung terapung yang ada; atau kalau mau makan berat bisa langung ke River Side, Food Court terapung yang disediakan khusus untuk para wisatawan yang berjalan-jalan di sepanjang Sungai Musi. Makanannya pun beragam, mulai dari pempek yang begitu terkenal, hingga makanan khas Palembang lainnya yang kebanyakan terbuat dari ikan air tawar.

Yang pasti, kalau ada kerabat yang mau melihat keindahan Sungai Musi dan Jembatan Ampera saat ini, saya sudah tidak akan malu lagi untuk mengajak mereka kesana. Bahkan, saya pun tidak keberatan kalau harus menawarkan kepada mereka untuk berjalan-jalan kesana. Akhirnya, saya bangga juga punya Sungai Musi dan Jembatan Ampera. Semoga apa yang sudah dibuat, dapat terus dipelihara; malah bisa ditingkatkan lagi supaya saya tetap bangga memiliki mereka...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun