Mohon tunggu...
Budi Suyono
Budi Suyono Mohon Tunggu... Bankir - Syariah Banker

Baru Belajar Menulis, Mendaki Gunung, Pingpong dan suka kegiatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ke11an - 704 bersama HUT BTN Ke-74

9 Februari 2024   09:09 Diperbarui: 9 Februari 2024   09:10 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percakapan selanjutnya,…..”tapi sebelumnya mohon maaf ustad. Kita memang BUMN, tapi kita masih baru berdiri. Pengajiannya sederhana, biasanya kita lesehan di bawah karena “rakyat” kita sedikit hanya 11 orang. Ditambah Dharma Wanita dan para suami karyawati plus adik-adik yang pernah praktek paling banyak pesertanya berkisar 20-25 orang”.

Kondisi waktu itu, bisa jadi karena kami kurang percaya diri, minder, terlalu berlebihan dan menganggap lebih ustadnya. Meskipun memang ada beberapa nama yang cukup dikenal di tingkat nasional seperti Ustad Mohammad Fauzil Adhim (penulis buku best seller diantaranya: Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Membuat Anak Gila Membaca dan Positive Parenting).

Ada juga nama KH. Hamdani Bakran Ad-Dzakiey (penulis buku best seller “Phrophetic Intelligence”). Namun di sisi lain memang begitulah kenyataannya, bahwa kita masih baru dan rakyatnya sedikit.

Atas pernyataan kami tersebut khususnya yang kedua, perihal jumlah kami yang hanya 11 orang, tanggapan beberapa ustad antara lain, “Ya… tidak apa-apa, pokoknya terus berusaha”.

Ustad yang satu lagi berkata, “sabar, dinikmati saja, khan masih masa perjuangan” dan beragam petuah lainnya yang semuanya positif.

Hingga pada suatu waktu saat menjemput salah satu ustad untuk pengajian bulanan periode Pebruari 2007 percakapan biasa dengan kalimat baku itu terjadi di dalam mobil. Jawaban ustad waktu itu, “personil 11 orang tidak terlalu masalah yang penting semuanya pemain inti”.

Sekilas ungkapan tersebut biasa dan awalnya pernyataan itu belum nyantol dalam benak saya. Beberapa saat kemudian sambil merenung selama perjalanan, Alhamdulillah… sedikit demi sedikit saya menemukan pemahaman dari pernyataan singkat tadi.

Bahwa pemain inti tadi lebih bermakna pada tuntutan kualitas yang harus dimiliki personil kami. Bukan hanya pada tataran konsep tapi lebih banyak kepada aksi yang nyata di lapangan.

Bahwa ketika semua menjadi pemain inti berarti tidak ada pemain cadangan. Artinya setiap personil harus siap pakai, siap tempur, produktif, tidak menganggur, tidak berpangku tangan, berfungsi sesuai jobdesknya masing-masing.

Dengan demikian, kuantitas bukan satu-satunya penentu. Sedikit tapi berkualitas, berbobot, berkarakter dan mempunyai nilai, jauh lebih indah dilihat dan dirasakan.

Pelan tapi pasti akan terlihat hasil gerakan yang kompak, seiring seirama, kokoh dan mempunyai kekuatan yang dahsyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun