Mohon tunggu...
budi susilo
budi susilo Mohon Tunggu... -

jarang menulis karena tulisanku jelek, mending baca tulisan yang bermanfaat. salam kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Polisi Baik Hati!

31 Mei 2010   18:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_154898" align="alignright" width="298" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] Ini kejadian yang baru saja saya alami. Tadi sore saya melintas di perempatan Cawang Jakarta Timur. Dari arah Grogol menuju Cililitan. Saya mengajak anak-anak menjemput istri di bilangan Kalibata. Sudah lama saya tidak melewati jalur itu. Sudah banyak perubahan di sana, termasuk arah lalu lintas. Ada lampu merah di depan saya, saya berhenti. Tetapi bus Trans Jakarta di belakang saya terus merangsek/mendorong sambil membunyikan klakson. Saya ragu-ragu jalan, mengikuti mobil avanza hitam berplat TNI. Karena ketidaktahuan saya, saya masuk jalur khusus bus Trans Jakarta (busway). Tidak ada niat sedikitpun untuk nekat. Ada polisi di sana. Saya dicegat pak polisi, di arahkan untuk menepi. Sebelumnya SIM saya sudah diminta pak polisi itu. Saya mencoba menjelaskan argumentasi saya, tapi semua ditolak. Polisi itu menawarkan solusi, mau sidang atau bayar di bank, sambil menyebut sejumlah uang yang harus dibayar sesuai pasal yang dilanggar. Permintaan maaf pun nggak digubris. Kalau mau minta maaf nanti saja di persidangan, katanya. Waduh! Cukup lama saya bernegosiasi, memohon. Tiba-tiba pak polisi itu berkata, "Ya udah, jalan terus deh pak, kasian, anak bapak nangis tuh..." sambil mengembalikan SIM saya. Saya menoleh ke arah Aulia anakku. Iya, dia terisak menangis. Mungkin dia berpikiran saya akan ditangkap pak polisi. Pak polisi itu turut mencoba menenangkan anakku, "Sudah nak... nggak usah nangis, nggak diapa-apain kok..." sambil mengajak salaman anakku. Sebelum saya jalan, pak polisi itu menyodorkan buku tilang sambil berbisik, "Sudah deh pak, diisi berapa aja..." Alhamdulillah... saya nggak jadi ditilang! Terima kasih anakku.. terima kasih juga buat pak polisi yang begitu pengertian. Pelajaran berharga untuk perjalanan selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun