Kangen rumah sudah pasti kan..Memang puasa ramadhan belum usai, apalagi nuansa berbeda pada ramadhan 1441 Hijriah kali ini. Dilanda musibah pandemi Covid 19 yang menyelimuti negeri-negeri seluruh dunia.Â
Semakin terasa rasanya kerinduan akan rumah, kampung halaman. Apalagi orang yang hari-harinya tidak pernah di rumah alias perantauan seperti saya hehe.. (jadi melo ya..lebay !) Dah deket saja rasanya bau Opor masakan Nenek.(almarhum). Atau ketupat olahan Ibu . Ah rindu pulang beneran...
Bayangan wajah Ibu dan keluarga di kampung halaman telah muncul satu persatu di kepalaku. Apalagi keponakanku yang lucu si Rere, belum dua tahun.Â
Sudah mulai lancar bicaranya, kini sudah punya adik lagi namanya Ahzra. Hmmm semakin kangen saja hati ini. Tapi rindu tinggallah rindu, apa daya terbentur PSBB (Pembatasan Wilayah Berskala Besar). Terlebih adanya aturan larangan mudik dari pemerintah. Angan-anganpun jadi ambyar....!
Apa boleh buat toh kita juga tidak menginginkan penyebaran virus Corona 19 semakin masif. Hanya dengan cara tidak mudik atau pulang kampung itulah, cara memutus mata rantai penyebaran virus Corona.Â
Demi kesehatan keluarga kita. Menahan diri untuk tidak mudik. Menahan diri untuk tidak pulang kampung. Meskipun mudik sudah menjadi bagian tradisi tahunan. Meski hambar rasanya tanpa mudik tanpa salaman. Tanpa ketemu sahabat, keluarga maupun sahabat lama di kampung, tempat kita dulu mencari jati diri.
SEJARAH MUDIK
Tentu kita semua sudah tidak asing lagi dengan istilah tersebut. Tetapi tahukah kita bagaimana sejarah peristiwa mudik tersebut. Sehingga menjadi sebuah tradisi yang sangat kuat dan merakyat di Indonesia?Â
Ternyata mudik atau peristiwa  berkumpul yang dinantikan setahun sekali menjelamg lebaran idul fitri ini, sudah ada sejak zaman kerajaan. Dan kegiatan ini menjadi semacam budaya yang dilakukan orang Indonesia hingga detik ini.Â
BERASAL DARI BAHASA NGOKO JAWA
Sebenarnya tradisi mudik merupakan tradisi *primordial masyarakat petani Jawa yang sudah berjualan sejak sebelum zaman kerajaan Majapahit. Zaman dahulu para perantau pulang ke kampung halamannya, untuk membersihkan makam para leluhurnya. Untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki.