Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis. Menyukai berbagai bidang pekerjaan yang menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Reformasi Sistem Pemilu: Meningkatkan Partisipasi dan Kepercayaan Publik

25 Februari 2024   08:44 Diperbarui: 25 Februari 2024   08:44 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Pemilihan (Sumber: Pixabay.com/Orna)

Dalam masyarakat demokratis mana pun, proses pemilu berfungsi sebagai landasan pemerintahan, memberikan warga negara sarana untuk mengekspresikan pilihan mereka dan meminta pertanggungjawaban perwakilan mereka. 

Namun, efektivitas dan integritas pemilu dapat dikompromikan oleh berbagai faktor, mulai dari sikap apatis pemilih dan pencabutan hak pilih hingga kekhawatiran mengenai transparansi dan keadilan. 

Dalam beberapa tahun terakhir, seruan untuk mereformasi sistem pemilu semakin besar seiring dengan upaya masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dan memulihkan kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga demokrasi.

Pengertian Reformasi Sistem Pemilu

Reformasi sistem pemilu mencakup serangkaian upaya yang bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan dan hasil pemilu. 

Hal ini mungkin melibatkan perubahan undang-undang pemilu, prosedur pemungutan suara, peraturan pendanaan kampanye, dan struktur badan perwakilan. 

Tujuan utamanya adalah menciptakan proses pemilu yang lebih inklusif, transparan, dan responsif yang mencerminkan keinginan rakyat dan memperkuat pemerintahan yang demokratis.

Meningkatkan Partisipasi Melalui Reformasi

Salah satu tujuan utama reformasi sistem pemilu adalah untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan pemilih. 

Tingkat partisipasi pemilih yang rendah masih menjadi tantangan yang terus-menerus terjadi di banyak negara demokrasi, sehingga melemahkan legitimasi pemerintahan terpilih dan melemahkan akuntabilitas demokrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun