Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis. Menyukai berbagai bidang pekerjaan yang menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen || Gema Desa Siput

8 Februari 2024   09:00 Diperbarui: 8 Februari 2024   09:03 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan Siput (Sumber: Pixabay.com/Andres Sebastian Osma Bobadilla)

Di jantung Desa Siput, tempat matahari menyinari sawah yang tenang, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Adi. Dengan mata secerah mentari pagi dan semangat sebebas angin, Adi menyusuri jalanan desa yang berkelok-kelok, bersemangat menelusuri setiap sudut rumah tercinta.

Suatu pagi yang cerah, saat embun menghiasi bilah padi berwarna zamrud, Adi memulai petualangan. Berbekal keingintahuan dan rasa ingin tahu, ia berkelana ke dalam hutan lebat yang membatasi desa, tempat yang dibisikkan dengan nada lirih oleh para tetua.

Saat Adi melakukan perjalanan lebih jauh ke dalam hutan belantara, dedaunan lebat menyelimuti dirinya seperti kain kafan, menimbulkan bayangan menakutkan di lantai hutan. 

Namun, tidak terpengaruh oleh lingkungan asing, dia terus maju, ditarik oleh kekuatan tak terlihat yang memberi isyarat padanya untuk maju.

Tiba-tiba, di tengah kesunyian hutan, Adi mendengar sayup-sayup melodi, dengungan lirih yang seolah memancar dari jantung hutan. Penasaran, dia mengikuti nada yang mempesona itu, jantungnya berdebar kencang karena kegembiraan dan antisipasi.

Saat ia muncul di lapangan kecil yang bermandikan sinar matahari, mata Adi membelalak keheranan. Di hadapannya berdiri sebatang pohon beringin yang megah, akar-akarnya yang berbonggol-bonggol meliuk-liuk di dasar hutan bagaikan penjaga tanah pada zaman dahulu. Bertengger di dahan pohon adalah seorang wanita tua, wajahnya yang lapuk diterangi oleh senyuman lembut.

"Selamat datang, pengelana muda," sapanya, suaranya merdu seperti kicauan burung. "Saya Mawar, penjaga hutan dan penjaga rahasianya."

Adi menghampiri Mawar dengan penuh hormat, terpikat oleh kehadirannya. Dengan mata berbinar, Mawar memberi isyarat agar ia mendekat dan mulai menceritakan kisah Desa Siput, kisah yang diwariskan dari generasi ke generasi bagaikan pusaka yang berharga.

Beliau berbicara tentang awal mula desa ini yang sederhana, tentang kesulitan yang dialami oleh masyarakatnya, dan tentang ikatan yang menyatukan mereka di saat suka dan duka. 

Dalam setiap perkataannya, Adi merasakan keterhubungan yang mendalam dengan leluhurnya, sebuah kekeluargaan yang melampaui ruang dan waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun