Seiring berlalunya hari dan matahari mulai terbenam, Sammy akhirnya sampai di sisi lain taman. Daun selada berkilauan mengundang dalam cahaya redup, dan Sammy menikmati setiap gigitan perlahan, menikmati manisnya pencapaiannya.
Tiba-tiba, dia mendengar keributan di dekatnya. Sekelompok siput bergegas melewatinya, cangkangnya berdenting keras ke tanah. "Apa yang terburu-buru?" Sammy berseru.
Salah satu siput berhenti dan kembali menatap Sammy dengan ekspresi bingung. "Kamu belum dengar? Badai akan datang! Kita harus mencari perlindungan sebelum terlambat!"
Sammy menatap langit yang semakin gelap dan merasakan sedikit kegelisahan. Dia menyadari bahwa langkahnya yang lambat, meskipun damai, juga membuatnya rentan terhadap bahaya yang tidak terduga.
Dengan tekad baru, Sammy berangkat dalam perjalanan pulang, bergerak secepat yang dimungkinkan oleh kaki mungilnya. Meskipun sifatnya lambat, Sammy bertekad untuk mencapai tempat aman sebelum badai datang.
Melalui ketekunan dan tekad yang tak tergoyahkan, Sammy akhirnya sampai di rumahnya yang nyaman tepat saat tetesan air hujan pertama mulai turun. Saat dia bersandar di cangkangnya, dia merenungkan perjalanannya.
Sementara orang lain mungkin terburu-buru menjalani hidup, Sammy belajar bahwa ada keindahan dalam menjalani hidup dengan lambat---menghargai kegembiraan kecil, menerima perjalanan, dan menikmati setiap momen di sepanjang perjalanan.Â
Meskipun jalannya panjang dan berliku, dengan kesabaran dan ketekunan, bahkan makhluk yang paling lambat pun bisa menang pada akhirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H