Di sebuah desa kecil yang terletak di antara ladang hijau subur, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Anwar. Keluarga Anwar adalah keluarga yang rendah hati, dan setiap hari mereka harus berjuang keras untuk menyediakan makanan di atas meja. Terlepas dari tantangan yang ada, Anwar mempunyai tekad dan tanggung jawab yang dalam yang membedakannya dari rekan-rekannya.
Ayah Anwar, Pak Rahman, bekerja tanpa kenal lelah di sawah untuk menafkahi keluarganya. Namun, hasil panen tidak pernah mencukupi, dan keluarga tersebut sering kali tertidur dengan rasa lapar yang menggerogoti perut mereka. Anwar, sebagai anak sulung, merasakan dorongan kuat untuk berkontribusi terhadap kesejahteraan keluarga.
Suatu hari, ketika Anwar berjalan pulang dari sekolah, dia melihat sebuah tanda di luar toko kelontong desa yang bertuliskan, "Dibutuhkan Bantuan - Dibutuhkan Bantuan Paruh Waktu." Penasaran, Anwar mengumpulkan keberaniannya dan memasuki toko tersebut. Pemilik toko yang baik hati, Bu Siti, menjelaskan bahwa dia membutuhkan seseorang untuk membantu mengatur rak dan mendampingi pelanggan setelah jam sekolah.
Anwar memanfaatkan kesempatan itu tanpa ragu-ragu. Bu Siti terkesan dengan semangat beliau untuk bekerja keras dan sikap beliau yang tulus. Dia menawarinya pekerjaan itu, dan sejak hari itu, Anwar menghabiskan sore harinya di toko kelontong, membantu pelanggan, mengisi rak, dan mendapatkan upah yang tidak seberapa.
Meskipun ada tantangan dalam menyeimbangkan pekerjaan dan sekolah, Anwar tetap fokus pada tujuannya: memberikan sedikit penghasilan tambahan untuk keluarganya. Setiap hari, setelah menyelesaikan tugasnya di toko kelontong, dia menghitung dengan cermat penghasilannya dan menyisihkan sebagian untuk makan malam keluarganya.
Dedikasi Anwar tidak luput dari perhatian. Penduduk desa mengagumi rasa tanggung jawab dan etos kerjanya. Bu Siti yang terharu dengan cerita Anwar, sesekali menyelipkan sekantong beras atau sayuran tambahan ke dalam tasnya sebagai tanda penghargaan.
Ketika hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, usaha Anwar mulai membuahkan hasil. Makanan keluarganya menjadi lebih banyak, dan perut yang tadinya kosong kini dipenuhi rasa syukur. Adik-adik Anwar mengaguminya, terinspirasi dari rasa cinta dan pengorbanan yang ia tunjukkan demi sesuap nasi.
Di jantung desa kecil itu, kisah keteguhan hati dan sikap tidak mementingkan diri sendiri yang dilakukan Anwar menjadi sumber inspirasi. Anwar, anak laki-laki yang bekerja tanpa kenal lelah demi sesuap nasi, mengajarkan kepada semua orang bahwa tindakan terkecil sekalipun, yang didorong oleh cinta dan tanggung jawab, dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan orang-orang yang kita sayangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H