Mohon tunggu...
Budi Setyawan
Budi Setyawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Sistem Informasi UNDIP

Hanya mahasiswa biasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendampingan Preservasi dan Alih Media Manuskrip di Pesantren Futuhiyyah oleh Dosen Hukum Islam UNDIP

27 Juni 2024   14:14 Diperbarui: 27 Juni 2024   14:27 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi tim pengabdian UNDIP)

Mranggen, Kab. Demak, Juli -- Desember 2022 -- Di balik tembok Pesantren Futuhiyyah yang berlokasi di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, tersimpan kekayaan intelektual dan spiritual yang sangat berharga. Manuskrip-manuskrip keislaman yang disimpan di sini, banyak di antaranya ditulis oleh Kiai Muslih bin Kiai Abdurrahman bin Qashidil Haq, merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Dalam rangka melestarikan warisan ini, saya, Muhyidin S.Ag., M.Ag., dosen Hukum Islam dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (UNDIP), telah melakukan pendampingan preservasi dan alih media manuskrip di pesantren ini dari bulan Juli hingga Desember 2022.

Kenapa Manuskrip Itu Penting?

Manuskrip adalah dokumen sejarah yang ditulis tangan, yang menyimpan banyak informasi tentang ilmu pengetahuan, budaya, dan peradaban masa lalu. Dalam konteks keislaman, manuskrip-manuskrip ini mencakup berbagai bidang ilmu seperti nahwu, sharaf, balaghah, arudh, tauhid, tasawuf, tarekat, fikih, hadis, dan tafsir. 

Di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta, terdapat lebih dari 10.000 manuskrip berbahasa Arab. Namun, ini hanya sebagian kecil, karena banyak manuskrip lain yang tersebar di masyarakat dan disimpan di tempat-tempat ibadah serta lembaga pendidikan seperti pesantren.

Pesantren Futuhiyyah: Penjaga Warisan Keilmuan

Pesantren Futuhiyyah, yang diasuh oleh Kiai Muslih, tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu bagi para santri, tetapi juga menjadi penjaga warisan keilmuan melalui manuskrip-manuskrip yang ditulis oleh beliau. Beberapa manuskrip yang telah dipreservasi di antaranya adalah "Hidayatul Wildan" yang diterjemahkan oleh Kiai Ridwan, "Sullamu Sibyan" (kitab Nahwu berupa syair berjumlah 164 bait), "Inarotu Dzolam" (tauhid), "Umdatus Salik", "Al-Futuhat Ar-Robbaniyah", dan "Tuntunan Thariqoh" (2 jilid).

Namun, tidak semua manuskrip telah dipreservasi. Beberapa di antaranya bahkan hilang karena terbawa banjir saat proses alih media. Manuskrip yang hilang di antaranya adalah "An-Nur Al-Burhany" jilid ketiga dan keempat. Selain itu, masih ada manuskrip lain yang belum dialih media seperti syarh "Alfiyah Ibnu Malik", "Inarotu Ad-Daijur wa Ad-Duja fi Nadzmi Safinatin Naja", "Tsamrotul Qulub", "Nasru Al-Fajr", dan "Al-Munajat".

Upaya Pelestarian: Kerjasama dan Pendampingan

Dalam upaya melestarikan manuskrip-manuskrip ini, kami melakukan pendampingan dan menyediakan bantuan peralatan seperti rak buku dan display manuskrip. Langkah ini tidak hanya untuk menjaga fisik manuskrip tetapi juga untuk memastikan aksesibilitasnya bagi generasi mendatang.

Harapan dan Masa Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun