Pada tahap pengelolaan database, ada dua aktivitas utama yang bisa dilakukan. Pertama adalah labelling, yakni memberikan tanda (tag) pada data pelanggan yang sudah diperoleh, proses ini mengidentifikasi data pelanggan secara individu. Kedua adalah grouping atau pengelompokkan, yakni aktivitas mengelompokkan data secara per kelompok dan per segmen konsumen.
Contoh labelling data adalah sebagai berikut; ketika pebisnis memperoleh data pelanggan lewat nomor Whatsapp, lalu kontak pelanggan tersebut diberi nama "Si Loyal" misalnya, ini mengindikasikan bahwa pelanggan tersebut merupakan konsumen setia yang selalu membeli produk kita. Dengan adanya label "Si Loyal" pebisnis bisa mengirimkan pesan promosi secara rutin, karena memang ini adalah pembeli loyal Anda.
Pebisnis juga bisa sesekali mengirimkan pesan selamat ulang tahun atau voucher diskon sebagai apresiasi loyalitasnya. Dengan adanya label "Si Loyal 1", "Si Loyal 2", dan seterusnya, pebisnis bisa sering promosi ke para loyalis ini dibandingkan harus mengirimkan promosi produk kepada "Si Telat Bayar" misalnya, sehingga promosi lebih terarah dan sesuai kategorisasinya.
Langkah selanjutnya adalah grouping atau pengelompokan data berdasarkan label data yang sudah diberikan. Kelompok data bisa berdasarkan label tadi seperti "Si Loyal", "Si Telat Bayar", "Si Order Banyak" ataupun grouping data bisa berdasarkan wilayah, usia, pekerjaan, jenis kelamin, riwayat transaksi pembelian, dan seterusnya.
Ketika pebisnis sudah memiliki klasifikasi pelanggan masing-masing, pebisnis tidak perlu memasarkan produk ke semua tipe pelanggan tersebut (blasting promotion), karena belum tentu pelanggan tersebut sedang menginginkan produk Anda. Pebisnis bisa lebih secara spesifik melakukan berbagai metode pemasaran, sesuai dengan klasifikasi pelanggannya, dan ini akan lebih efektif juga tepat sasaran.
Lebih jauh lagi pebisnis UMKM bisa menyimpan database ini di beberapa tempat seperti handphone, laptop, Google Drive ataupun di Cloud marketplace jika pebisnis sudah berjualan di marketplace dan e-commerce. Menyimpan data di banyak tempat merupakan antisipasi jika database hilang atau rusak. Namun ketika pebisnis ingin mengolah data tersebut, alangkah lebih baik jika data tersebut dikumpulkan dulu dalam satu media untuk mempermudah dalam pengolahan data.
Masalah keamanan data juga perlu diperhatikan. Simpan database Anda dengan baik, tetapkan password yang sulit dan lakukan terus pembaharuan. Jangan serahkan database Anda ke pihak yang kurang bisa dipercaya, apalagi sampai anda menjual data tersebut.
 Mengambil Keputusan
Di era digital seperti ini, data sering disebut sebagai "new oil" yang artinya data dianggap sebagai resources yang sangat berharga layaknya minyak bumi. Usaha kecil atau UMKM perlu memanfaatkan new oil tersebut untuk mengambil keputusan bisnis yang akurat.
UMKM memang tidak mempunyai sumber daya yang banyak ataupun teknologi yang canggih dalam pengelolaan bisnisnya, namun tetap saja keputusan-keputusan dalam berbisnis tetap perlu dilakukan, agar UMKM terus berstrategi dan berkembang. Jangan sampai UMKM beralasan tidak punya modal besar untuk berinvestasi di bidang IT. Dewasa ini sudah banyak media teknologi gratis, murah, dan berada di sekitar UMKM.
UMKM bisa menggunakan Whatsapp untuk membuat grup konsumen, bahkan mengirim pesan secara otomatis juga, begitupun email yang bisa digunakan untuk mengirim pesan secara custom dan sesuai keinginan. Beragam tool dari Google pun banyak menyediakan platform gratis seperti google formulir, google drive, google trends dan lainnya juga. Belum lagi media sosial dan beragam marketplace yang sering digunakan UMKM untuk berjualan dan berbisnis.