Dalam berbisnis, Anda sering mendengar ungkapan pelanggan adalah "raja", atau mungkin pebisnis milenial beranggapan bahwa pelanggan adalah "kawan". Apapun istilah yang dianggap tepat, faktanya pelanggan adalah sumber income bagi para pebisnis. Artinya tanpa pelanggan dan uangnya, pebisnis bukanlah apa-apa, maka sudah selayaknya pelanggan berada di tempat yang teristimewa di hati para pebisnis, bukannya produk atau mungkin uang.
Pebisnis yang baik, sebisa mungkin akan melayani pelanggan dengan sepenuh hati, tapi apakah itu cukup? Di era digital seperti ini pebisnis juga harus memanfaatkan kecanggihan teknologi, karena pelayanan yang baik saja mungkin tidak cukup. Para pebisnis khususnya pelaku UMKM sudah seharusnya lebih native dengan teknologi dan internet saat ini, terutama dalam mengelola database pelanggan.
Database pelanggan bisa terdiri dari banyak aspek, dimulai dari nama konsumen, nomor telepon, alamat rumah, alamat email, produk yang sering dibeli, dan masih banyak lagi. Pelaku UMKM mungkin kurang paham untuk apa nama konsumen atau nomor teleponnya, umumnya mereka hanya berfokus pada tiga aktivitas utama proses bisnis, yakni membuat produk, dijual ke konsumen lalu berakhir di pendapatan uang yang diterima. Padahal pengelolaan database yang baik pada UMKM, dapat meningkatkan transaksi penjualan (Wibowo, 2019)
Kepuasan
Hoyer dan Maclnnis (2001) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan akan berdampak pada profitabilitas sebuah organisasi. Lebih jauh lagi kepuasan pelanggan bisa mempengaruhi repeat order dan akan mempertahankan konsumen (constumer retention) (Zairi, 2000). Dari beberapa studi tersebut membuktikan bahwa pelanggan atau konsumen memainkan peranan penting dalam sebuah organisasi bisnis.
Perlu disadari, pelanggan tidak hanya membawa uang saja, pada setiap individunya melekat atribut data yang bisa dimanfaatkan untuk mengambil keputusan bisnis. Misalnya Anda berbisnis jus buah, Anda perlu mengidentifikasi karakteristik pelanggan anda. Banyaknya usia berapa tahun yang beli produk Anda? Laki-laki atau perempuan? Produk apa yang sering dibeli? Beli berapa banyak? Lalu di mana rumahnya jauh atau dekat dengan lokasi usaha Anda? Dan masih banyak lagi.
Bagi UMKM yang sudah dibantu mesin kasir atau point of sales (POS) tentu sedikit lebih mudah untuk memperoleh data-data tersebut. Namun bagi pedagang kaki lima bagaimana? Smartphone dan internet Anda bisa digunakan untuk memperoleh data pelanggan. Pertama, buatlah media sosial dan ciptakan konten semenarik mungkin agar banyak pelanggan yang terjaring. Konten tidak harus selalu tentang berjualan, Anda bisa membuat konten edukasi atau mungkin humor.
Kedua, pebisnis bisa membuat grup Whatsapp pelanggan untuk mengumpulkannya dalam sebuah grup, dan sesekali bisa memasarkan produk atau mungkin memberikan promo. Ketiga, membuat survei dengan aplikasi formulir online. Teknisnya pebisnis bisa menyebarkan formulir tersebut via Whatsapp atau membuat QR code yang dipasang di gerobak jualan, mintalah pelanggan Anda untuk mengakses dan mengisi survei tentang produk Anda.
Mungkin tidak semua pelanggan akan mengisi survei tersebut, tetapi pebisnis yang "smart" bisa mengiming-imingi, akan ada voucher atau promo yang diperoleh jika survei tersebut diisi. Dengan hal-hal sederhana tersebut pelaku UMKM sudah bisa membuat ekosistem pelanggan dan menjaring database pelanggan sebanyak-banyaknya.
Dua AktivitasÂ