Baru-baru ini, warga Yogya dikhawatirkan dengan keberadaan teroris yang bersembunyi di antara mereka akibat dari penangkapan terduga teroris berinisial IA di Sleman. Berselang dua hari setelah itu, polisi kembali menangkap dua orang terduga teroris berinisial B dan MI. Ketiga orang yang ditangkap tersebut bukan merupakan warga asli Yogyakarta.
IA dan MI merupakan pendatang dari Indramayu, sedangkan B berasal dari Balikpapan. Status ketiganya yang merupakan pendatang membuat warga was-was karena bisa saja ada teroris yang berpura-pura sebagai pelajar atau buruh yang menempati salah satu rumah warga yang dijadikan indekos. Sementara itu, pendatang yang tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan terorisme juga menjadi tidak nyaman karena selain takut dengan ancaman teroris, mereka juga kerap dicurigai sebagai teroris.
Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan. Apa yang membuat orang-orang tersebut memilih Yogyakarta sebagai tempat persembunyiannya? Apakah karena mereka merencanakan untuk melaksanakan aksi terorisme di sebuah tempat di Yogyakarta? Ataukah karena suasana Yogya yang nyaman membuat mereka tentram dalam merakit bom? Ataukah karena harga makanan di Yogya murah? Entah apapun itu alasannya, keberadaan mereka jelas meresahkan dan membuat warga tidak tenang.
Salah satu alasan yang paling memungkinkan adalah karena banyaknya pendatang yang tinggal di Yogyakarta. Entah mahasiswa, pelajar, ataupun karyawan, Yogyakarta memang merupakan daerah yang banyak ditempati oleh warga pendatang. Hal itu menimbulkan masalah karena warga sulit mengenali pendatang baru yang datang dan pergi silih berganti. Apalagi di tempat yang banyak terdapat indekos, biasanya warga sudah maklum dengan keberadaan pendatang sehingga memaklumkan kegiatan mereka. Hal ini bisa sangat berbahaya karena orang-orang yang terlibat dalam jaringan terorisme bisa melakukan kegiatan mereka tanpa ada penghalang yang berarti.
Beruntung, pihak kepolisian cukup sigap untuk mengendus kegiatan mencurigakan mereka sehingga terduga teroris tersebut bisa ditangkap sebelum melakukan aksinya. Dalam hal ini, pihak kepolisian patut diberi acungan jempol karena berhasil meringkus terduga anggota jaringan teroris sebelum mereka menimbulkan kerusakan dan korban.
Berbicara tentang prestasi Polri dalam menumpas terorisme di Yogyakarta, saya jadi teringat tentang kejadian pada bulan Juli lalu. Saat itu, polisi terlibat dalam baku tembak saat hendak meringkus terduga teroris di Jalan Kaliurang. Tiga terduga teroris tertembak mati karena melakukan perlawanan. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa pihak kepolisian serius dalam memberantas terorisme di Yogyakarta khususnya dan Indonesia pada umumya. Tapi hal tersebut juga menyadarkan kita semua bahwa anggota jaringan teroris ada yang bersembunyi di Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H