Mohon tunggu...
Budi Ramli
Budi Ramli Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pengajar

Penyuka alam bebas dan kadang menulis untuk keperluan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lato-Lato

27 Januari 2023   10:10 Diperbarui: 27 Januari 2023   10:44 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lato-lato dan Indonesia 2024
Penulis: Budi Ramli

Di jalan-jalan gang, rumah-rumah, sekolahan, dan bahkan kantor. Kita melihat orang-orang bermain lato-lato, dari mulai balita, anak-anak, remaja hingga kakek-kakek memainkannya, tak ketinggalan juga pejabat dari mulai RT, sampai Gubernur Jawa Barat bareng Presiden Joko Widodo memainkannya, hal ini tentu menjadi fenomena yang bisa kita maknai, tak ketinggalan juga laba diambil mulai dari online shop, toko permainan sampai warung gorengan menjualnya. Ini berawal dari Desember.

Di era globalisasi tukar budaya, pemikiran, ideologi atau hal jenaka sekalipun akan secepat kilat menyebar. Youtube, instagram, twiter dan Tiktok menjadi viral dengan lato-latonya. Khusus tiktok, jutaan orang membagikan permainan lato-lato dengan berbagai instrumen, gaya atau apalah itu, dimulai dari orang kampung sampai bule luar negeri memainkannya. Dari mulai cuman tok..tok sampai yang mahir ada.

Fenomena ini tentu bisa kita ambil makna, entah nantinya benar atau tidaknya. Secara sadar kita mencoba memantulkan bola untuk terus saling beradu, semakin lama beradu maka kita semakin disebut mahir, suhu bahkan mbahnya lato-lato. Kalau kita tarik garis lurus, Indonesia akan mengadakan pemilihan di tahun 2024. Nah loh ko masuk ranah politik. 

Oke lanjut, politik pada kenyataannya kan hanya sebagai alat secara demokratis yang sah, tapi dalam perjalanannya, sahut-menyahut, sikut-sikutan, adu kekuatan, bahkan yang pintar "ntah ini siapa" pasti mengambil jalan ninja dengan menjatuhkan secara adu domba. Lato-lato yang setia pagi siang, sore bahkan tengah malam kita lihat dan dengar dan belum beres kasusnya sampai sekarang, itu kasus lato-lato ya .. bukan kasus pejabat berbaju cokelat.

Fenomena-fenomena semacam ini biasa disebut "siloka" atau ada makna yang dapat dipetik di dalamnya, politik kita sedang tidak baik-baik saja. Masa penyelenggara semacam KPU saja bisa bocor data-datanya, bahkan data yang bocor juga banyak manipulasi yang secara tidak langsung merugikan rakyat. Waduh kita terlalu jauh membahas politik. Ayo kembali.

Sebagai bentuk permainan, lato-lato ini bisa diambil maknanya. Kita coba terapkan pada anak yang berada di jenjang Pra Sekolah (PAUD), permainan ini bisa dimanfaatkan untuk melihat dan menumbuhkembangkan kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, dan kecerdasan visual spasial.

Kesimpulannya, lato-lato hanyalah sebagai permainan yang dapat melatih keseimbangan otak dan anggota tubuh bagi anak-anak, bahkan bisa juga sebagai alat terapi dalam upaya melatih motorik tubuh. Bagi yang jomblo juga bisa juga dijadikan pelipur lara.

Dimasa yang akan datang, kita mengingat lato-lato sebagai  tanda atau simbol tentang kejadian yang akan timbul.

Catatan "Mohon maaf apabila ada kesalahan, dan mengharapkan masukannya"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun