Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Â dilaksanakan serentak pada tahun 2024 seolah-olah menjadi perbincangan hangat untuk di bicarakan saat ini. bagaimana tidak? dalam hal ini demokrasi adalah momen penting yang wajib untuk di kawal. Kota Bekasi menjadi Kota yang mempunyai catatan buruk dalam masa kepimpinan, mulai dari Mochtar Muhammad hingga Rahmat Effendi menjadi perbincangan hangat jika masyarakat mendengar kata Kota Bekasi, masyarakat menjadi apatis dalam hal ini. karena, masyarakat seolah-olah merasa di-khianati oleh pemimpin yang mereka pilih dengan alasan menjadi tempat keluh kesah para masyarakat di Kota Bekasi. Maraknya kasus suap menyuap di Kota Bekasi menjadi masalah yang serius yang dihadapi oleh masyarakat pada pilkada tahun 2024 yang dilaksanakan secara serentak.Â
Pilkada  2024 di Kota Bekasi sempat di gegerkan munculnya Nama Mochtar Muhammad mencuat kembali sebagai calon Walikota Kota Bekasi. Namun, perjalananya kembali kembali ke panggung politik sempat tersandung kasus korupsi yang mencoreng reputasinya. Meskipun sudah bebas dan memenuhi syarat hukum untuk mencalonkan diri kembali tentunya menuai kontroversi yang besar dari publik, terutama generasi muda yang menginginkan pemimpin yang transparansi dan bersih. Masyarakat bertanya-tanya apakah kehadiran Mochtar Muhammad yang di usung oleh PDIP ke panggung politik akan memberikan dampak positif atau menjadi langkah mundur dalam reformasi politik lokal.Â
Saat kabar Mochtar Muhammad tidak jadi naik sebagai calon Walikota Bekasi atensi publik seolah-olah pecah dan lega, menjadi tanda tanya besar. Di satu sisi, ada masyarakat yang merasa langkah ini tepat, sebagai bentuk penyaringan moralitas dan integritas dalam proses Pilkada. Di sisi lain, mereka yang mendukungnya tentu merasakan kekecewaan karena kehilangan figur yang dianggap memiliki pengalaman.Â
Sebagai mahasiswa atau masyarakat, kita tentu melihat fenomena ini dengan penuh refleksi kritis. Kehadiran calon-calon dengan rekam jejak seperti Mochtar menunjukkan bahwa isu-isu politik lokal masih rentan terhadap pertarungan kepentingan yang kompleks. Ini juga mengajarkan kita pentingnya partisipasi aktif dalam memastikan bahwa kandidat yang maju adalah sosok yang tidak hanya cakap, tetapi juga berintegritas. Kota Bekasi sebagai salah satu kota besar di Indonesia berpotensi menjadi contoh demokrasi yang sehat jika masyarakat, terutama kaum muda, aktif dalam mengawal calon-calon yang maju. Saat ini, mahasiswa perlu lebih jeli, tidak hanya menjadi penonton dari dinamika politik seperti ini. Kita harus memastikan bahwa Pilkada 2024 di Bekasi dan daerah lainnya benar-benar menghasilkan pemimpin yang tidak hanya berjanji, tetapi juga menunjukkan kredibilitas yang nyata. Kasus Mochtar Muhammad ini menjadi pengingat bahwa masih banyak pekerjaan rumah bagi kita, mahasiswa dan masyarakat umum, untuk menuntut calon pemimpin yang memiliki rekam jejak bersih dan visi yang murni untuk membangun, bukan untuk mencari kekuasaan semata.Â
Nama Tri Ardhianto dan Harris Bobihoe Mencuat
Naiknya Tri Ardhianto untuk menggantikan Mochtar Muhammad yang di-usung oleh Partai PDIP menjadi langkah bagus untuk para pemilih Mochtar Muhammad, Karena di usung oleh Partai yang sama yakni PDIP. Tri Ardhianto menggandeng wakilnya yaitu Harris Bobihoe menjadi calon yang di iming-iming menjadi penerus Walikota selanjutnya, dengan catatan Tri Ardhianto yang sebelumnya digandeng oleh Rahmat effendi menjadi track record yang bagus untuk di pertontonkan kepada publik mengenai kinerja semasa dia menjabat.
Pilkada kali ini membawa harapan baru bagi Indonesia. Dalam konteks politik yang makin terbuka, masyarakat mulai menyuarakan isu-isu yang lebih beragam, mulai dari ekonomi, pendidikan, lingkungan, hingga kesehatan mental. Generasi muda semakin peduli dan kritis terhadap isu-isu ini. Ada harapan bahwa para pemimpin yang terpilih nantinya adalah mereka yang benar-benar memperhatikan kebutuhan generasi muda serta mampu membawa perubahan positif dalam mengatasi berbagai tantangan sosial yang ada.
Banyak dari kita berharap agar para calon pemimpin tidak hanya sekadar menjanjikan perubahan, tetapi juga menunjukkan komitmen dan transparansi dalam merumuskan program kerja. Kita ingin pemimpin yang siap turun tangan menangani isu-isu seperti lingkungan hidup yang lestari, peluang kerja bagi kaum muda, pendidikan yang lebih terjangkau, dan tentunya kesejahteraan masyarakat di daerah masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H