Sekitar lebih dari 15 tahun yang lalu, seorang tokoh religius lokal dari Senen, LIA EDEN, mengklaim dirinya mendapat wahyu dari malaikat Jibril untuk mendakwahkan sebuah aliran kepercayaan baru melanjutkan 3 Agama Samawi: Yudaisme, Kristen dan Islam. Ia juga mengklaim menyatukan agama-agama besar lainnya, termasuk Buddhisme, Hindu dan Jainisme.
Sontak saja deklarasi itu mengguncang Indonesia, Kaum Eden (pengikut Lia Eden) yang memiliki pengikut sekitar 100 orang itu mendapat pertentangan secara logika awam kita.
Yang paling keras menekan mundur agar ajaran Lia Eden ini justru datang dari agama-agama yang telah mapan di Indonesia. Padahal gagasan Lia Eden ini memegang kepercayaan bahwa setiap agama adalah benar, termasuk kelompok agama yang menentang dirinya. Alhasil ajaran Lia Eden tidak pernah keluar dari kisaran Senen dan sekitarnya.
Sosialime Marx-Lenin hanya mendeskripsikan dunia berdasarkan realitas teknologis dan ekonomis. Mereka meninggalkan teks-teks kuno dan impian-impian indahnya langit ke tujuh.
Marx dan Lenin lebih tertarik belajar bagaimana mesin uap berfungsi, dan bagaimana sebuah tambang batubara beroprasi, bagaimana kereta api membentuk ekonomi, dan bagaimana listrik mempengaruhi politik.
Marx- Lenin dan para pengikutnya memahami realitas teknologi yang baru, sehingga mereka memiliki jawaban yang relevan atas problem-problem masyarakat industri.
Karena Marxisme begitu mudah dipahami, maka ia segera mewabah ke seluruh penjuru dunia yang mewujud menjadi partai politik yang disebut dengan: Komunisme. Bahkan di Indonesia menjadi tragedi berdarah ketika kaum sosialis mencoba mengubah dasar-dasar diskursus ideologis.
Kenapa Lia Eden gagal, sedangkan Marx dan Lenin berhasil mewabah?
Karena ajaran Lia Eden berpusat pada hari akhir, jiwa, dan akhirat. Barangkali ajaran itu menarik untuk orang-orang sekitarnya saja, beserta keturunannya jika didoktrin terus menerus secara berulang-ulang. Gagasannya tidak bisa memberikan solusi terhadap pria pengangguran di Latvia atau petani miskin di Cilacap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H