Tiga kubu pasangan calon presiden - wakil presiden yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden 9 Juli saat ini tentu sedang sibuk memikirkan strategi yang pas untuk menggaet simpati para pemilih. Berbagai seminar, diskusi, talkshow hingga turun ke lapangan pun digelar.Â
Polemik antarkubu pun tak terhindari. Namun, yang belum kelihatan adalah strategi online mereka. Jangan lupa, pemilih potensial yang sehari-hari terbiasa berada di depan Internet ini juga tak sedikit jumlahnya. Kita pakai angka yang konservatif saja: 25 juta orang pengguna (menurut data APJII tahun 2007 - belum termasuk pengguna Internet di telepon seluler).Â
Berapa pun jumlah yang pemilih berhasil digaet dari ranah ini, tentulah kontribusinya sangat signifikan dalam menambah jumlah suara, bukan? Apalagi para pemilih pemula adalah generasi yang hobi nongkrong di depan Internet. Â Tetapi di situlah masalahnya. Saya belum melihat strategi yang komprehensif dari kubu-buku ini dalam membidik komunitas maya.Â
Yang baru mereka lakukan adalah membuat online presence dengan cara memiliki situs web resmi capres dan memiliki account di sejumlah situs jejaring sosial. Kubu SBY meluncurkan situs SBYPresidenku, kubu Jusuf Kalla merilis situs JK-Wiranto 2009, sementara kubu Megawati baru akan meluncurkan situs web mereka.
Namun, sejatinya memiliki eksistensi online saja tidaklah cukup. Ingat, situs hanyalah media, cuma formatnya virtual. Yang paling penting itu adalah bagaimana visi kubu capres ini terhadap sejumlah isu yang terkait dengan teknologi informasi, telekomunikasi, media online, dan seterusnya. Paling tidak, kita ingin tahu respon kubu-kubu capres tersebut soal:
- Bagaimana visi para capres ini dalam membangun teknologi informasi di Indonesia?
- Bagaimana konsepnya dalam menghadirkan telekomunikasi dan Internet murah bagi rakyat?
- Bagaimana konsepnya soal cyber-law?
- Bagaimana konsepnya dalam mendorong e-business di Indonesia?
- Bagaimana konsepnya dalam mendukung gerakan open source?
- Bagaimana konsepnya dalam memajukan inovasi-inovasi teknologi?
Termasuk dalam merespon isu-isu aktual berikut ini:
- Bagaimana respon mereka soal penolakan Mahkamah Konstitusi terhadap permohonan uji-materi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Teknologi?
- Bagaimana respon mereka terhadap keputusan sekelompok ulama yang melarang penggunaan Facebook?
Ya benar, visi yang jelas terhadap sejumlah persoalan di atas sangat penting dalam menarik simpati komunitas online dalam menentukan pilihannya dalam Pilpres 9 Juli nanti. Â Jadi mestinya, kubu capres jangan hanya punya tim ekonomi saja, tetapi juga tim lain, seperti teknologi, sains, budaya dan seterusnya. Jika visi teknologinya kuat, saya kira komunitas online akan berduyun-duyun mendukung dan memilihnya.Â
Situs yang desainnya menarik sekalipun tidak akan signifikan efeknya jikalau kandidat yang sedang diusung tidak memiliki visi yang jelas soal ranah dan komunitas yang ingin dirangkul.Â
Ingat, sekadar perbandingan, komunitas online Amerika Serikat memilih Barack Obama bukan sekadar karena situsnya bagus, tetapi juga karena visi onlinenya jelas dan lugas - Obama bahkan pernah tampil memukau saat berpidato di markas Google. Jadi, para capres Indonesia yang kami hormati dan sayangi, bicaralah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H