Untuk menangani ekonomi separah ini, Presiden Suharto berdiskusi dengan begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo. Selain soal kebijakan stabilisasi juga personal yang dianggap kompeten di bidang ekuin (ekonomi, keuangan, industry dan perdagangan) dan Bappenas. Tersebutlah, nama-nama Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, JB Sumarlin, Emil Salim.
Juga dibahas stabilisasi kebijakan moneter dan poisis gubernur bank sentral atau Bank Indonesia. Ya, karena hiperinflasi bermula dari defisit APBN yang ditutup dengan pencetakan uang baru. Maka, pemulihannya juga harus dimulai penyehatan defisit APBN.
Hiperinflasi dan defisit APBN mendatangkan trauma bagi orde baru, mengingat akibatnya pada penderitaan rakyat. Oleh karena itu, sepanjang orde baru, selalu dikumandangkan slogan "anggaran berimbang'.
Sebagian besar dari menteri-menteri adalah lulusan doktor atau master dari University of California at Berkeley pada 1960-an. Media menyebut Mafia Berkeley. Bukan untuk merendahkan, tetapi sekedar penenda. Â
Pada bidang Ekuin-Bappenas selain tidak ada menteri yang berasal dari partai politik juga tidak ada pengusaha. Karena menteri urusanya ekonomi Makro bukan kompetensi pengusaha.
Dalam arsif tercatat bahwa selama orde baru ekonomi tumbuh rata-rata sekitar tujuh persen per tahun. Dan jika, pada awal Orde Baru, PDB per kapita sekitar $70. Namun, pada tahun 1996, menjadi sekitar $1,200
Revolusi Hijau
Di bidang pertanian dilaksanakan Revolusi Hijau meliputi penggunaan varietas tanaman unggul, sistem irigasi yang lebih efisien, penggunaan pupuk kimia, dan pestisida. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan memodernisasi teknologi dan metode budidaya yang digunakan. Â
Pada tahun 1986 Indonesia diakui berhasil mencapai swasembada pangan. Oleh karena itu Presiden Soeharto diberi Medali Emas dari Food and Agriculture Organization (FAO). Medali ini dinamai "From Rice to Self-Sufficiency".Â
Perluasan wilayah
Selama memerintah 32 tahun, Presiden Soeharto hanya didampingi tiga menteri Luar Negeri, yaitu: Adam Malik, Ali Alatas dan Mochtar Kusumaadmadja. Banyak prestasi dicapai ketiganya, antara lain pembentukan ASEAN dan mengembalikaan keanggotaan di PBB.