Masih ingat dulu diawal 90an salah satu anak emas penyair kondang WS Rendra, kala itu Sitok Srengenge baru membuat buku dan perlu edar. Kawan pendiri sanggar blitz ITN Malang waktu itu yang membawa kumpulan puisinya si Mariyono yang juga sempat terlibat menjadi penghuni bengkel teater antusias menjajakannya, energik dan memang menarik sekali pada jaman itu, dimana represifisme lazim dan Sitok termasuk pembangkangnya, tidak banyak yang terbaca dari karyanya yang sedikit tapi mampu menunjukkan ketajaman dan bakatnya. Kini era 2013 muncul lagi dalam berita yang sangat menghebohkan 'BUDAYAWAN' status yang kini disandang. Terlepas dari pemberitaan masalahnya, saya mencoba mengupas makna BUDAYAWAN itu sendiri, dan ini catatan yang lumayan bisa diterima maksudnya : SENIMAN : orang yang mempunyai bakat seni dan berhasil menciptakan dan menggelarkan karya seni (pelukis, penyair, penyanyi, dsb). jadi seniman adalah orang yang mampu menciptakan seni baik modern maupun traditional. BUDAYAWAN : orang yang berkecimpung di kebudayaan; ahli kebudayaan. jadi budayawan itu orang yang paham akan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh nenek moyang pada masa lampau. pengertian yang hampir mirip antara budayawan dan seniman membuat orang kadang salah meyebut/tertukar. Melihat definisi diatas sangat mengagetkan sekali dulu saya pahami penyair Sitok Srengenge sekarang sudah digelari budayawan, mungkin karena jarak dan tempat yang tidak memungkinkan saya untuk terlalu mengetahui perkembangan manusia berbakat kata-kata ini. Lebih mengagetkan lagi adalah dengan pemberitaan yang menghebohkan terhadap "simpatisan didik" yang telah hamil oleh perbuatannya, dan terlepas polemik berita yang berkembang dan dari pemahaman pribadi saya didukung oleh definisi diatas, maka sangat naif sekali publik/badan/media/teman yang telah menggelarinya "BUDAYAWAN", dan ini jelas sangat memukul budaya itu sendiri dengan telak untuk K.O. Sepemahamann saya pribadi budayawan itu adalah manusia yang telah mampu memiliki karakter untuk mengendalikan nafsu yang inheren dalam dirinya, dan dalam kosmologi jawa ada 4 nafsu yaitu kesucian, kemarahan, sex, dan materialis. Dampak dari kemampuan pengendalian ini secara baik tentunya akan membuat manusia akan 'mumpuni' dalam segala hal 'budi daya' olah cipta karsa dan karya, dan mengacu pada hal yang sederhana sekali makna budi itu sendiri adalah sesuatu yang baik dan muncul dari spirit yang tidak nampak secara kasat mata dalam manusia. Patut dipertanyakan lagi secara terbuka kepada yang bersangkutan dan kepada siapa saja yang terlanjur menggelarinya budayawan, masih layakkah predikat tidak resmi ini disandangkan, atau mungkin hanya cukup 'penyair kata-kata berbakat cabul ?' sumber foto: cloudfront.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H