Bagaimana bila perang Bharatayudha tak hanya kita bisa baca dalam buku dan komik, tak sekedar kita saksikan dalam televisi atau video? Tetapi juga bisa kita mainkan dalam sebuah permainan catur? Ya, perang saudara didalam kisah Mahabaratha itu mewujud dalam bentuk permainan catur. Prajurit Pandawa dan Kurawa dalam bentuk patung mini dari clay setinggi 8 cm itu menjadi bidak atau biji catur yang bisa dimainkan di dalam petak catur berukuran 50 x 50 cm. Hanya di tangan seorang perupa seperti Ario Hendrasto, sebuah papan catur bahkan bisa menjadi medan Kurusetra. Sebuah masterpiece, diantara karya lain yang tak kalah memukaunya. [caption id="attachment_108468" align="aligncenter" width="603" caption="Pandawa Kurawa (http://dyerm4ker.multiply.com)"][/caption] Bidang usahanya dimulai sekitar 2 tahun yang lalu. Berawal dari hobinya mengumpulkan figure action dari luar negeri, dia mulai mencari tahu untuk membuat mainan sendiri. Sadar bahwa pengetahuan dan kemampuannya masih terbatas, internet menjadi sasaran pencariannya. Untuk memenuhi minatnya yang besar, dirinya pun ikut aktif di dalam komunitas pecinta dan pembuat clay di mancanegara.. Setelah bekal ilmu dirasanya cukup, pria yang berprofesi sebagai arsitek sekaligus desainer grafis ini mulai turun gunung. Karyanya yang pertama adalah adu kekuatan antara Gatotkaca dan Superman dimana ditampilkan tokoh wayang ini lebih sakti daripada lawannya. Dari situlah timbul inspirasi untuk mengangkat mainan lokal yang bertemakan Indonesia kepada khalayak ramai. [caption id="attachment_108470" align="aligncenter" width="400" caption="Gatotkaca vs Superman (http://dyerm4ker.multiply.com)"][/caption] Berturut turut dari tangannya hadir beberapa patung mini tokoh legenda Indonesia, seperti Si Pitung, Si Buta dari Gua Hantu, dan Jaka Sembung. Pahlawan super dalam komik Indonesia yang beberapa diantaranya (mungkin) diadaptasi dari profil superhero Amerika seperti Gundala Putra Petir, Godam dan Aquanus, juga tak luput dari kreasinya. [caption id="attachment_108474" align="aligncenter" width="554" caption="superhero Indonesia (http://dyerm4ker.multiply.com)"][/caption] Selain tokoh pahlawan Indonesia legendaris, ada juga public figure atau sosok terkenal masa kini. Sebut saja Tukul Arwana, Peppy, Budi Anduk maupun Bagus dan Eno "Netral". Bahkan ada pula serial hantu dengan kuntilanak sebagai icon-nya. "Tokoh yang dibuat memang sosok terkenal. Itu sebagai cerminan atau contoh diri kita," kata Ario. [caption id="attachment_108476" align="aligncenter" width="608" caption="artis Indonesia (http://dyerm4ker.multiply.com)"][/caption] Masing-masing miniaturnya ditampilkan dengan karakter khas yang melekat sebagai identitas mereka. Si Buta dari Gua Hantu beserta lutungnya, si Kliwon yang setia bertengger di bahunya, Tukul memegang laptopnya, Peppy dengan badan tambun menepuk perkusinya serta Kuntilanak berdiri diatas nisannya. Dalam pembuatannya, kawat tembaga digunakan sebagai rangka tubuh dan clay atau plastisin sebagai daging. Setelah diimbuhkan detil dan ornamen, patung dilapisi campuran zat pengeras dan resin. Sebagai finishing, patung diberi pewarna dengan cat minyak maupun acrylic. Dasar utama pembuatan replika, adalah pengenalan anatomi tubuh. Untuk itu, penting juga diketahui tentang struktur tulang dan otot tokoh yang akan dibuat. "Setiap ukuran haruslah sesuai karena ukuran tubuh manusia diciptakan secara proporsional," jelas Ario.Waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah profil adalah sekitar adalah dua hingga empat hari tergantung tingkat kesulitannya. Sebuah karya masterpiece seperti catur Pandawa Kurawa bahkan bisa menghabiskan waktu sampai 2 bulan. [caption id="attachment_108477" align="aligncenter" width="479" caption="http://dyerm4ker.multiply.com/"][/caption] Ario memilih untuk membuat semua hasil karyanya ini secara handmade, dengan sentuhan tangan. Sebagai seorang seniman sekaligus pebisnis, kreasinya tak berhenti sampai di situ. Melalui Tigadestudio, Sculpt & Action Series Toys, perusahaan yang dipimpinnya, dia membuka peluang bagi konsumennya untuk berkreasi sendiri. Di studionya yang beralamat di Jl. Kemang Utara 9 No. 61 Jakarta ini, dia menyediakan rangka sekaligus bahan sesuai replika tokoh yang diinginkan pembelinya. "Siapapun bisa kok, tidak harus seniman," ujarnya. Ario biasa menjual Rp 800 ribu untuk rangka sedangkan untuk master atau hasil jadi harganya sekitar Rp 1,7 juta, tergantung ukurannya. Sebagai anak bangsa yang kebetulan memiliki sedikit bakat di bidang seni, dia merasa bertanggung jawab untuk menumbuhkan kecintaan rakyat terhadap budaya Indonesia. Selama ini, masyarakat Indonesia lebih memilih tokoh hero dari luar negeri sebagai pujaannya. Salah satu mimpinya adalah agar tokoh budaya dan legenda asli Indonesia dikenal sampai mancanegara, setidaknya melalui buah karyanya. Untuk memenuhi mimpinya, selain rajin mengikuti workshop atau pameran yang diadakan baik di dalam atau luar negeri, dia juga memiliki website pribadi yang bisa diintip di dunia maya : http://dyerm4ker.multiply.com/ Upayanya kini sudah mulai memetik hasil. Salah satunya adalah profilnya telah diliput oleh beberapa stasiun televisi swasta, diantaranya yaitu di segmen Cabe Rawit (Cara Berpikir Rahasia Wiraswastawan) Liputan 6 Pagi SCTV dan Laptop Si Unyil Trans 7. Melihat Gatutkaca, si Otot Kawat Tulang Besi ada di etalase toko souvenir Italia, Si Pitung menjadi mainan wajib anak-anak di Amerika, dan tokoh pahlawan Indonesia dikenal di seluruh dunia, tak hanya menjadi tanggung jawab seniman sepertinya. Kita, putra bangsa juga memikul tanggung jawab yang sama. Semoga mimpi ini dapat terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H