Kereta, apalagi kereta ekonomi, adalah Bukan Angkutan Biasa (ini bukan lagu Afghan-red). Kalau anda sering melihat di televisi atau di sepanjang jalan sehari-hari; kereta ekonomi penuh penumpang berjejalan sampai overload ke atap, mungkin anda bisa mengatakan angkutan ini sebagai “tidak manusiawi”. Saya sendiri memilih armada ini sebagai tumpangan jarak jauh menuju tempat kerja sehari-hari, karena alasan cepat dan *uhuk* murah. Alasan paling utama sih karena …*uhuk lagi* gak ada pilihan.
Sebagai karyawan, selayaknya memakai pakaian yang sopan dan layak untuk bekerja. Teruss..kalau untuk berangkat saja harus memakai moda kereta yang penuh sesak penumpang itu, bagaimana mensiasatinya? Sebagai penumpang setia yang telah mengalami “penggodokan” di kawah per-kereta api-an selama 6 tahun, saya ingin sedikit membagi tips “berpakaian” di dalam kereta. Yang saya maksud “berpakaian” disini bukan “memakai pakaian di dalam kereta” (setahu saya kereta bukan “kamar ganti”). “Berpakaian” disini adalah bagaimana kita memakai “baju” atau “kostum” yang tepat di dalam kereta. Kalau bahasa kerennya ya “Dress Code” nya…
Karena saya seorang perempuan, ya saya menulis tips “berpakaian” bukan dari sisi lawan jenis saya :
·Mengenakan baju simpel dansopan
Meskipun niatnya berangkat kerja, tak ada salahnya tak langsung memakai baju kantor. Pakai baju casual yang tidak membuat gerah, dan membawa peralatan mandi buat di kantor. Kalo kepaksa tetep pake baju kantor? Ya pake yang senyaman mungkin. Resikonya cuma satu kok, lecek gak ditanggung…hehehehe
·Mengenakan celana
Yaeyalahhhh…masak gak pake celana??….eh, yang saya maksud disini adalah celana panjang. Celana panjang sangat memudahkan mobilitas di dalam kereta. Mau buru-buru masuk kereta, gak kesrimpet. Mau nangkring di dashboard masinis, aman (kecuali ada petugas hehe). Mau lompat dari jendela kalau penuh, hayooo. Bagaimana dengan rok mini?? Hmm.. Kenyamanan pandangan mata laki-laki berbanding terbalik dengan keamanan dan kenyamanan pemakainya. Apalagi untuk pemilik kaki kesebelasan seperti saya, plis deh, boro-boro mikir ngeres, saya cuma kasian aja sama yang lihat….*mesem kalem*
·Memakai sepatu datar
Sepatu high heels atau hak tinggi sangat tidak disarankan. Selain faktor ke”pegel”an, sepatu high heels terbukti menimbulkan korban. Saya salah satunya. Suatu kali kaki saya yang hanya memakai sandal terbuka, terinjak oleh seorang wanita pemakai high heels. Sakitnyaaa….jangan ditanya. Telinga saya sampai terasa berdenging dibuatnya. Dengan tegas saya tegur baik-baik, eh dia tidak terima dan teriak-teriak sampai satu gerbong menengok semua ke arah sumber suara. Dia membela diri dengan dalih “ketidak sengajaan”. Daripada digebukin massa, saya memilih diam. Sampai di stasiun tujuan, saya ganti menginjak kakinya. Dia teriak, tapi saya sudah turun. Kali ini pembalasan lebih kejam daripada pendahuluan (maafkan Baim, Ya Allah…). Sejak saat itu, saya selalu memakai sepatu tertutup untuk di kereta.
·Tak memakai aksesoris berlebihan
Hindarkan menarik perhatian copet dengan memakai perhiasan seperti emas dan berlian di kereta. Kalung, anting atau gelang yang panjang dan berlebihan sangat tidak dianjurkan. Faktor berdesakan menaikkan resiko kecantol dan jatuh di dalam kereta. Hellow…kereta bukan pasar asemka kan?
·Tak berdandan berlebihan
Sekali lagi, percuma. Keringat membuat bedak dan kosmetik luntur dalam sekejap. Kecuali anda menaksir teman pria anda dalam satu kereta, lebih bijak, bawa saja alat-alat kosmetik ke kantor.
·Rambut rapi
Bila anda memiliki rambut panjang, tak ada salahnya rambut anda dikuncir atau digelung. Selain mengurangi ke”gerah”an, rambut anda tak akan mengganggu penumpang belakang anda. Saya sendiri memilih rambut pendek. Keringat tak menimbulkan bau yang berlebihan di rambut pendek dibandingkan rambut panjang. Rambut berantakan? tinggal disisir tangan, beres. Ngirit shampoo…lagi *halah*
·Membawa tas sedang
Tas adalah “must have item” bagi seorang wanita. Untuk naik kereta model ekonomi seperti ini, bawalah tas sedang. “Sedang” dalam artian apa sih? Ya ukuran maupun harga. Usahakan jangan memakai tas terlalu besar. Dalam keadaan berdesakan dimana membawa diri pun sudah cukup susah, tas besar sangat merepotkan dan mengundang amarah penumpang lain yang terganggu dengan besarnya volume bawaan. Begitu pun dengan harga, tas yang terlihat mewah akan mengundang pencopet untuk mengambil isi didalamnya. Meski tak termasuk kategori tas mahal, nyatanya tas saya adalah satu korban “penyiletan” copet.
Oh ya, selain untuk menyimpan barang bawaan, tas juga bisa berguna untuk mengurangi resiko kecopetan dan sebagai rompi anti pelecehan seksual. Lho apa hubungannya?? saat masuk ke kereta, dekap tas tersebut tepat di depan dada. Copet tak akan terlalu berani (kecuali benar-benar nekat) menyilet atau mencopet isi di dalamnya dibanding bila tas tersebut ada di samping atau di punggung kita. Yang lebih penting lagi, tas tersebut bisa melindungi dada saat di depan saya adalah golongan manusia berjakun hehehe. Multi fungsi kan?
Sebenarnya simpel kok, berdandan dan bawa barang seperlu mungkin. Sisanya?? nikmati perjalanan. Toh kereta hanya “alat” untuk membawa kita sampai ke tujuan. Tak perlu terlihat selalu sempurna kan?? Ingat…kekurangan hanya milik manusia, Sempurna hanya milik Andra and The Backbone (hehehe…becanda!)
Demikian tips dari saya
-Budina, Bukan Desainer Biasa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H