Mohon tunggu...
Sosbud

Antara Pilkada Jatim dan Obama

6 November 2008   07:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:25 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari Selasa 4 November di Jawa Timur dan hari Selasa 4 November di Amerika adalah hari yang mungkin bersejarah. Di Jawa Timur berlangsung pemilihan kepala daerah putaran kedua yang diikuti pasangan Khofifah Indar Parawansa/Mudjiono (Kaji) melawan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf.  Pilkada Jatim itu bersejarah karena jika Khofifah menang ia akan menjadi gubernur pertema perempuan di Jawa Timur. Sebuah provinsi yang didominasi oleh nahdliyin dengan jumlah pemilih (yang tercatat) terbesar di Indonesia dengan lebih dari 29 juta pemilih.

Pilpres AS tercatat sejarah karena diikuti Senator Barack Obama, keturunan Afrika Amerika, berkulit hitam yang menjadi calon Presiden dari Demokrat dan kemudian terpilih menjadi Presiden ke-44 AS. Obama menang mutlak melawan pesaingnya John McCain. Dan, belum selesai suara dihitung, McCain membuat pidato untuk menerima kekalahan. "Terima kasih telah datang di sore hari yang indah di Arizona. Kita sudah mengakhiri pertarungan panjang. Amerika sudah berbicara dengan nada bicara mereka sudah jelas. Beberapa saat lalu saya merasa terhormat, untuk memberi ucapan selamat kepada Obama... Saya memberi ucapan selamat kepadanya karena telah dipilih menjadi Presiden AS, negara yang kami berdua cintai,' ucap McCain yang menawarkan kepada Obama untuk membantu Obama. Karena apa, karena Amerika dalam posisi sulity. Terasa indah memang demokrasi di AS. Ada sebuah kesamaan tujuan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejauh membaca berita media massa di Indonesia mengenai pilpres AS, tak ada isu mengenai politik uang, tak ada wacana mengenai penduduk yang tidak memiliki kartu pemilih, tidak ada imbauan agar KPU independen, tidak muncul harapan agar panitia pemilu jujur dan tidak memanipulasi penghitungan suara. Tak ada unjuk rasa dengan poster, "Jangan Khianati Suara Rakyat" dan "KPU Jangan Curang." Memang ada pesta kemenangan diikuti hampir 200 ribu orang di Chicago, tapi semuanya berjalan damai dan lancar. Tak ada kekhawatiran.

Ketika rakyat Amerika justru bergairah untuk memberikan suaranya, warga Jatim justru malasa untuk mencoblos pada putaran kedua. Prediksi LSI, tingkat partisipasi pemilih hanya 54,44%. Ini sebenarnya angka yang memprihatinkan. Jika prediksi itu benar, maka golputlah menjadi pemenang di Jawa Timur. Entah apa yang sebenarnya terjadi.

Saya sih berharap demokrasi menjadi sesuatu yang menyenangkan. Demokrasi bukanlah otot-ototan atau sekadar menang-menangan. Akan lebih baik, jika teknologi sudah memungkinkan, tidaklah perlu menunggu waktu sampai dua minggu untuk menunggu siapa yang jadi pemimpin. Tak sampai 24 jam, AS telah bisa menentukan siapa presidennya, paling tidak untuk pertarungan Obama dan McCain. Meskipun dalam beberapa pemilihan, ada juga yang sampai pada gugatan di pengadilan.

Menerima kekalahan  memang lebih sulit daripada merayakan kemenangan. Tapi kesiapan untuk menerima kekalahan, termasuk yang dilakukan McCain, justru merupakan kedewasaan demokrasi. Mudah-mudah saja, apakah itu Soekarwo ataupun Saifullah sekadar mengucapkan pidato kekalahan/kemenangan begitu KPU menetapkan siapa yang jadi pemenang. Kalau itu bisa maka ini adalah modal bagi pengembangan demokrasi di Indonesia, khususnya Jawa Timur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun