Selasa, 9 Juli, 2019
Pukul 14.34, pesawat Garuda GA 567 mendarat di Terminal 3, Bandara Cengkareng. Saya langsung memesan taxi Blue Bird. Gak lama setelah mengambil nomor urut dari mesin pemesanan, saya udah duduk di belakang taxi berwarna biru dengan logo burung berwarna sama.
Kekangenan yang memuncak pada Adoy, membuat saya WA-an terus dengan anak saya tersebut. Di sepanjang jalan, saya begitu sibuk chatting sehingga hanya menjawab seperlunya pada Si Sopir Taxi yang berusaha memancing percakapan.
Sesampainya di tujuan, saya langsung berlari ke dalam rumah dan memeluk dan mencium anak bangor tersebut. Meskipun nakalnya minta ampun, anak ini ngangenin banget loh. Sumpe!
"Kok WA aku yang terakhir gak Om Bud bales, sih?" protes Adoy.
"Weits mana mungkin! Semua message Adoy udah Om Bud bales, "kata saya sambil meraih HP di kantong.
Eh? Mana nih HP saya? Hadoh! HP saya kok gak ada? Ke mana perginya? Padahal saya selalu menyimpannya di kantong blue jeans sebelah kanan. Saya berusaha mengingat-ngingat di mana perangkat komunikasi itu berada.
Untuk memasuki komplek perumahan kami, semua taxi harus meninggalkan identitas kendaraannya di pos sekuriti. Mengingat hal itu, saya berlari lagi ke pos satpam dengan harapan mereka masih mengingat nomor taxi tersebut.Tapi hasilnya nihil. Satpam tidak pernah mencatat identitas taxi yang masuk.
Adoy mencoba menelpon HP saya tapi tidak diangkat. Ya pastilah karena saya selalu men-setting HP dalam posisi silent. Sang Sopir pasti juga belom menyadari kalo di jok belakang ada HP orang ganteng tertinggal.
Melalui laptop, saya mencoba minta tolong pada Uncle Google dengan menggunakan fitur "Find your device,". Di sana saya melihat pergerakan HP sedang mobile. Artinya perkiraan bahwa HP tertinggal di taxi bisa dipastikan kebenarannya.