Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Main Petak Umpet

1 Februari 2019   00:31 Diperbarui: 1 Februari 2019   00:51 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu kecil saya suka diajak main petak umpet sama kakak saya dan teman-temannya. Biasanya kami main di tanah lapang di dekat rumah. Karena saya anak yang paling kecil, maka kakak saya minta kepada yang lain agar mengijinkan saya menjadi anak bawang.

Wuiiih! Senengnya bukan main! Nikmat banget menjadi anak bawang. Bagaimana tidak? Saya bisa ikut main dan ikut ngumpet tanpa pernah kebagian berjaga. Walaupun saya ditemukan oleh yang berjaga, saya tetap gak pernah disuruh berjaga. Asyik kan?

Seiring jalannya waktu, saya pun bertambah besar. Saya mulai muak jadi anak bawang. Saya mulai berpikir, apa enaknya main tanpa resiko berjaga? Gak ada ketegangan, gak ada kecemasan dan gak ada rasa takut ditemukan. Hidup tanpa keterlibatan adrenalin sama sekali tidak menarik. Lama kelamaan bosan dan capek rasanya.

Akhirnya saya gak tahan juga dan minta ke kakak saya untuk tidak lagi jadi anak bawang. Mulanya kakak saya gak mengijinkan. Setelah ngotot berkali-kali, alhamdulillah dia setuju. Sejak itu, saya menjadi pemain penuh. Artinya status saya bukan anak bawang lagi. Saya punya hak dan kewajiban yang sama dengan lainnya.

Lalu hidup pun menjadi jauh lebih seru. Memang awalnya saya kalah melulu dan kebagian berjaga terus. Tapi ada kenikmatan lain yang saya dapatkan. Saya menemukan proses perjuangan di sana. Ada proses pembelajaran bagaimana cara ngumpet yang benar agar sukar ditebak oleh yang sedang berjaga.

Lucunya, saya ternyata menikmati juga loh ketika saya yang berjaga. Saya membuat analisa sendiri kira-kira di mana teman-teman saya ngumpet. Perlahan-lahan saya jadi mahir dengan permainan ini. Karena analisa saya sering tepat, sudah jarang saya berjaga. Senang banget rasanya melalui sebuah proses peningkatan kasta.

Setelah dewasa, saya memahami bahwa kehidupan di luar lembaga pendidikan adalah University of Life. Saya menyadari ternyata mencari ide dan mencari rejeki itu persis seperti kita berjaga di permainan petak umpet. Yang pertama kali perlu dilakukan adalah kita harus meyakini dulu bahwa ide dan rejeki itu ada di sekitar kita. Masalahnya mereka memang pada ngumpet. Itu sebabnya kita perlu membuat analisa kira-kira di mana kita bisa menemukan mereka.

Jalani hidup dengan riang gembira dan petik hikmah dari semua pengalaman yang kita jalani. Never stop learning because life never stop teaching! Hidup adalah permainan. Kalo kita selalu gagal dalam hidup atau kita selalu kalah dari orang lain dalam meraih kesuksesan, coba introspeksi diri. jangan-jangan tanpa sadar kita memang menempatkan diri sebagai anak bawang yang menjauh dari risiko. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun