Kedua, menulis bisa juga menjadi sarana ekspresi diri. Kita bisa menjadi apa saja ketika sedang menulis. Apakah kita mau menjadi jagoan, menjadi filsuf, menjadi penjahat yang paling kejam, menjadi penyihir, menjadi pendekar atau menjadi "Tuhan" sekalipun. Keluarkan semua fantasi kita dalam sebuah tulisan, gak usah pedulikan akan jadi genre apa tulisan kita nanti. Pokoknya tulis aja dulu. Yang penting keluarkan semua emosi dalam tulisan itu sehingga tanpa terasa kita sudah melakukan detox pada tubuh kita.
Karya yang bagus adalah tulisan yang mampu menggugah emosi pembacanya. Sebagai penulis kita punya kesempatan untuk mengemas tulisan kita dengan dramatisasi yang akan semakin merobek-robek hati para pembaca. Kalo kita berhasil melampiaskan emosi tersebut seharusnya tulisan kita jadi bagus. Karena karya tulis yang bagus bukanlah tentang merangkai kata tapi mengirimkan emosi dari hati penulis ke hati pembacanya.
So guys, jangan menunggu usia tua datang, menulislah dari sekarang. Kalo menulis sudah jadi kegiatan kita sehari-hari maka kita sudah mempunyai bekal untuk mengisi hari tua kita nanti. Setiap kali kita mempunyai pengalaman yang menggugah emosi, tuliskan. Kalo tulisannya sudah banyak, kumpulkan. Lalu jadikanlah sebuah buku. Warisan yang paling berharga untuk diwariskan pada anak cucu kita bukanlah uang dan harta tapi pengalaman hidup kita, wisdom kita. Tulislah sebuah buku untuk diwariskan pada mereka. Seperti nasihat ayah saya, 'Sebelum mati buatlah minimal satu buku.' Selamat menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H