Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kopi, Politik dan Agama

18 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 18 Oktober 2017   09:15 3107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan menjemur biji kopi. Dokumentasi pribadi

Entah kenapa beberapa tahun belakangan ini tiba-tiba banyak banget temen saya yang tergila-gila sama kopi. Ada yang membuka kedai kopi, ada yang bertani kopi, ada yang membuat ritual-ritual tentang kopi sampe ada yang bikin film tentang kopi. Pokoknya semua kegiatan hits yang berhubungan dengan kopi pasti ada temen-temen saya di dalamnya.

Saya sih seneng-seneng aja ngeliat fenomena kopi itu, malah bagus, kan? Kopi lokal jadi terangkat, petani kopi ikut meningkat hasilnya, industri kreatif semakin tumbuh subur melalui kopi. Bahkan Jokowi juga sangat mendukung trend ini, terbukti dia pernah mengunjungi kedai kopi di daerah Cipete sebagai bentuk dukungannya

Sayangnya, saya kadang-kadang agak sedikit terganggu dengan sikap beberapa temen para pecinta kopi itu. Sering mereka menyudutkan orang lain seakan-akan orang yang gak ngerti kopi itu kurang beradab. Misalnya ketika saya kejebak pembicaraan dengan Toni, seorang pecinta kopi dadakan. Saya sebut dadakan karena dia baru dua tahun ini aja ngopi. Sebelumnya dari lahir dia gak pernah ngopi. Minumnya dulu mah kalo gak air putih paling jamu beras kencur.

"Bud, lo kan setiap hari minum kopi. Nah, lo lebih suka kopi Arabica atau Robusta?"

"Wah? Gue gak tau tuh, Ton. Gue minum kopi di rumah karena disediain sama bini gue. Kalo di kantor karena disediain office boy gue," jawab saya lugu.

"Hah? Jadi lo gak tau kopi apa yang lo minum?"

"Kagak! Gue mah kopi apa aja gue hajar. Kopi sachetan sampe kopi jagung gue embat juga."

"Masya Allah. Primitif banget lo, Bud? Tapi lo lebih suka Arabica atau Robusta?"

"Gue gak tau istilah-istilah itu."                 

"Astaghfirullah! Parah banget lo, Bud," kata Toni dengan pandangan mengasihani seakan-akan saya beneran orang primitif yang belom pernah ngeliat listrik.

"Jadi apa artinya itu, Ton?" tanya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun