Banyak orang kepengen menulis buku tapi gak pernah kejadian. Ketika ditanya, "Kalo beneran mau punya buku sendiri, kenapa gak mulai menulis? Jawabnya, 'Bikin buku itu susah."
Saya suka gemes sendiri ngedenger jawaban itu. Biasanya saya suka nanya lagi, "Emang udah dicoba?" Mereka jawab lagi, "Belom. Rasanya udah putus asa duuan kalo ngebayangin harus nulis setebel buku-buku yang ada."
Susah dan gampang adalah kita sendiri yang menilainya, bukan orang lain. Jadi semuanya tergantung pada kita sendiri; Kalo dianggap susah, ya jadinya susah. Kalo dibilang gampang... ya pastinya gampang. Sesimple itu. Tapi ternyata tidak mudah meyakinkan orang untuk menjelaskan sudut pandang itu. Semua orang tetap aja menganggap bahwa menulis buku itu SUSAH. Saya kasih kapital biar jelas masalahnya ya? Okay, sekarang saya ingin menawarkan solusinya.
Solusinya gampang banget! Kalo dianggap bikin buku itu susah, ya lupakan rencana kalian untuk bikin buku. Beres kan? Bagian yang susah udah kita hilangkan. Artinya gak ada lagi yang perlu ditakutkan, karena bagian yang susah sudah kita singkirkan. Pertanyaannya kemudian, "Tapi soal bukunya gimana?"
Tenang! Saya punya cara sederhana supaya mimpi punya buku sendiri tetap terwujud. Caranya begini:
Setiap hari coba kalian bikin status Facebook berupa artikel. Pilih topik yang paling kalian suka dan kuasai. Misalnya buat yang gemar pada kuliner, silakan tulis artikel tentang kuliner. Harus setiap hari, loh, gak boleh bolong-bolong. Gak ada alasan bahwa kalian ga punya waktu, kan bisa bikin lewat smartphone. Waktu akan selalu ada jika time management kita rapi.
Sebelum dimulai, umumkan ke teman-teman bahwa kalian setiap hari akan membuat artikel soal kuliner sehingga teman-teman akan stalking untuk mengikuti artikel-artikel tersebut. Hal ini perlu karena teman-teman kita akan mengingatkan jika ada hari tertentu yang kita lupa bikin artikel. Mereka akan menjadi supporter kita untuk mendukung agar buku kita bisa selesai. Di samping itu, mereka juga akan memberikan komen dan kritik. Ini perlu karena komen akan memperkaya artikel kita, sedangkan kritik akan mempertajam tulisan kita.
Ketika sudah berjalan 3 bulan, kalian minimal sudah mempunyai 90 artikel. Kumpulkan seluruh artikel tersebut lalu hitung berapa halaman total jumlahnya. Kalo kalian menggunakan tipe huruf Times Roman dengan ukuran 12 point, 2 spasi  di format kertas A4, maka perkiraan saya, total jumlah halamannya bisa mencapai antara 150 sampai 200 halaman. Amazing kan? Lalu apa yang terjadi? Sim salabim... kumpulan artikel tersebut tiba-tiba bisa menjelma menjadi sebuah buku. Tinggal bikin judulnya. Selesai.
Metode ini sebenarnya bukan ide baru. Udah banyak orang yang mempraktikkan metode ini dalam menyiasati melawan susahnya bikin buku. Believe it or not, itu termasuk saya. Buku pertama yang saya buat tahun 2004 berjudul Lanturan Tapi Relevan, juga saya tulis dengan metode ini. Bedanya adalah saya melakukannya di blog, bukan di status Fcebook. Saya yakin memakai status FB pasti lebih bagus, karena interaksi di Facebook pastinya jauh lebih intens dibandingkan di blog.
Seorang teman saya yang bernama Ibnu Wahyudi, mengumumkan movement bikin puisi "satu hari satu sajak" dalam sebuah hashtag di status Facebook-nya.  Saya mempunyai perkiraan kuat bahwa Ibnu ini sedang menulis buku puisi. Temen-temennya banyak yang menyukai puisinya sehingga terjadi interaksi yang lumayan intens. Kalo saya amati, suasananya menyenangkan dan mengingatkan saya pada reality show tapi ini kejadiannya di social media.
Seorang temen saya yang lain lagi, Ndang Sutisna, juga mengumumkan bahwa dia akan menulis setiap hari tentang bagaimana membuat uang mencari kita, bukan kita mencari uang. Wuiiih dari judulnya aja kita pasti tertarik, kan? Â Dan Ndang juga mengatakan bahwa kumpulan tulisannya akan dibukukan.